March 01, 2011

Silvy VS Dokter Kandungan

Malam itu terlihat Silvy sedang berada disebuah tempat praktek Dokter Kandungan, setelah kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Harris dan Manto (baca: Silvy-Harris & Silvy-Manto). Silvy takut suatu saat nanti dirinya hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai hamil pasti suaminya akan mengetahui perbuatannya bersenggama dengan orang lain.

Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota selama 2minggu, Silvy yang memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk dia, karena Silvy ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih dari 2 minggu, Silvy tidak dapat menikmati sodokan-sodokan kontol-kontol perkasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya, karena ia takut akan hamil.

“bu Silvy,”

Silvy mendengar namanya dipanggil.

“Yach, betul,” Silvy menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yang ternyata suster di tempat praktek ini.

“Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari ikut saya, bu.!!”

“Oh..yach,” jawab Silvy, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.

Silvy baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yang tadi lumayan penuh dengan pasien, sekarang telah kosong, Silvy menyadari bahwa ia adalah pasien terakhir.

“Dok, ini ibu Silvy pasien terakhir kita malam ini,” Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam ruangan praktek itu

Dalam hati Silvy membatin,”masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Silvy memperkirakan dokter ini seumuran dia.

“Malam, dok,” Silvy menyapa si dokter.

“Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang bisa saya bantu??,” si dokter menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Silvy duduk.

Sebelum sempat Silvy menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster berkata,” Dok, ibu Silvykan pasien terakhir, dan saya kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,”

“Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Silvy, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.

Tak lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Silvy,” maaf yach bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang datang lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Silvy-kan pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang”

“Oh..gak apa-apa kok,” balas Silvy

“Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.

“Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau suami saya itu memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yang bagus untuk saya,” Silvy menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.

“Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya berapa anak?” tanya sang dokter lagi.

“yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu anak, “ jawab Silvy sedikit berbohong, karena tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam menikmati kontol-kontol perkasa tanpa takut akan hamil.

“Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??” si dokter memastikan.

“Hmmhh…betul,” Silvy menjawab sambil tersenyum.

“Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,” tanya sidokter.

“maksudnya??” Silvy balik bertanya.

“Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan dengan suami, sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung telur ibu yang dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,” jelas sang dokter panjang lebar.

“Ooohhh…begitu,” gumam Silvy,” Kalau gitu saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak”

“Ibu mengambil keputusan yang tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,” kata si dokter sambil menunjuk kearah ranjang.

“Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.

“wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu berkata sambil tersenyum saat melihat Silvy mengenakan jubah itu dengan bagian yang terbukanya berada didepan.

“Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya, karena mata saya akan melihat kedada ibu terus,” lanjut sidokter sambil bercanda ke Silvy.

“Ohhh…he..he..dokter bisa aja,” Silvy tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.

Silvy bingung melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Silvypun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.

Setelah selesai mempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Silvy diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,

“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.

Tanpa menunggu jawaban Silvy, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Silvy satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri kanan kaki Silvy itu, perbuatan sidokter membuat Silvy terhenyak, Silvy tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini, kemaluannya akan nampak jelas didepan si dokter, mukanyapun menjadi merah karena menahan malu, melihat Silvy yang tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, si dokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Silvy ke dokter kandungan.

“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Silvy.

“Hhmmmhh….,” Silvy hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.

Kedua jari tangan kiri si dokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Silvy dari sebelah atas, sehingga kelentit Silvy tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan si dokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Silvy, sementara Silvy merasakan geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Silvy mulai bangkit, memeknya mulai basah.

“Ouugghhh…..ssshhhh,” Silvy menjerit lirih saat merasakan alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.

“Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.

Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Silvy yang masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir vagina Silvy dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Silvy, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang vagina Silvy yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Silvy jarang dipakai oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek Silvy sudah basah.

“Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Silvy merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.

Mendengar lirihan Silvy, si dokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..”

Setelah melihat cengkraman dinding vagina Silvy dialatnya mulai mengendur, si dokter pun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Silvy, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir vagina Silvy, si dokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina Silvy, gesekan yang ditimbulkannya membuat Silvy mengerang lirih.
Setelah terlepas, si dokter kembali memijat-mijat vagina Silvy, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Silvy, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Silvy sendiri yang dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.

“Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,” Silvy berkata dalam hatinya.

Tangan Silvy yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Silvy kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Silvy telanjang bulat didepan sang dokter, tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya mendesis-desis menandakan Silvy sedang menikmati semua itu.

Sang Dokter yang melihat aksi Silvy melucuti jubah dan BH-nya serta aksi remasan tangan Silvy dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Silvy yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Silvy yang membuat Silvy semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah si dokter, aksi si dokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Silvy, dengan gerakan perlahan-lahan si dokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang vagina Silvy semakin basah, erangan-erangan Silvypun semakin sering terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan si dokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Silvy betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.

“Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..”Silvy merintih-rintih kenikmatan.


Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Silvy memuntahkan lahar kenikmatannya.

Tubuh Silvy mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Silvy yang membasahi jari tangannya.

“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.

“Iyaachh…”Silvy menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh.

Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Silvy, membuat Silvy menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kontolnya di lubang memek Silvy, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Silvy, setahap demi setahap.

Sleeepp….bleeessss….bleessss…..

kontol sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Silvy, Silvy yang merasakan kontol dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya membatin,”lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak sebesar punyanya pak Manto”.

“Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh…”desis Silvy.

Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang senggama Silvy, kedua tangannya berpegangan dipaha Silvy, lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Silvy dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka.

“Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk .memekkuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Silvy mengerang kenikmatan menikmati sodokan kontol sang dokter di lubang senggamanya.

“Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll… “ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Silvy dibatang kontolnya..

“Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih Silvy meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya.

Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Silvypun semakin sering terlihat melenting dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan kontol sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.

“Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,” Silvy mengerang tubuhnya melenting.

“Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh..” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang senggama Silvy, lalu terdiam.

Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..

Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Silvy dan ia juga merasakan dinding vagina Silvy berkedut-kedut meremas-remas batang kontolnya, Silvy sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Silvy sendiri merasakan pada dinding vaginanya batang kontol sang dokter berdenyut-denyut.

Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya dari jepitan vagina Silvy setelah ia merasakan remasan-remasan dinding vagina Silvy berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan Silvy, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lendir kenikmatan Silvy mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai.

Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Silvy bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Silvy mengangguk tanda mengerti dalam hati Silvy berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”

Sebelum pulang Silvy bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Silvy, gratis!!! bisiknya

Silvypun pulang dengan tersenyum simpul, dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi kontol yang bisa membuat puasku, yang bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.

T A M A T

No comments:

Post a Comment