March 01, 2011

Kenikmatan Di Bis Kota


Nama saya Florence Kim, saya adalah warga Indonesia keturunan Korea yang sekarang sedang berada di Italy untuk tujuan bisnis dan saya sering sekali membaca 17thn hingga saya menjadi sangat basah. Saya mempunyai pacar bernama Erick, seorang warga Roma, tapi sekarang saya tidak menceritakan pengalaman saya bersama Erick.

Pagi itu, kami makan pagi berdua sambil ngobrol-ngobrol ringan. Erick ada meeting dengan factory jam 11 pagi, jadi saya mungkin menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sendiri, tapi tidak masalah soalnya saya sudah terbiasa kemana-mana sendiri. So, setelah cium perpisahan dengan Erick, saya mulai berbenah diri.

Pagi itu udara summer kebetulan sangat indah buat jalan-jalan. Saya memakai skirt-dress katun pendek, sekitar 10 cm di atas lutut, motif floral, dengan canvas-shoes di padukan dengan straw hat yang saya beli di Yogyakarta. Sip deh, komentar saya setelah mengecek sekali lagi di cermin. Baju ini bagus juga, leher bajunya yang berbentuk kotak, low cut memperlihatkan dada saya yang putih dan berukuran 36B.

Waktu saya turun dari kamar, melewati lobby yang crowded, saya sempat merasa tatapan mata yang tertuju pada saya, apa karena saya manis atau jarang kali ngeliat cewek Asia, tapi lumayanlah buat tambah PD.

Saya berjalan-jalan menyusuri jalan kecil di samping hotel. Tidak lama kemudian saya sudah berada di tengah toko-toko dan kafe-kafe kecil. Mungkin daerah pasar kali, soalnya saya baru pertama kali berada di Roma. Entah bagaimana melukiskan perasaan kalau kita berada di tengah-tengah kota yang ramai tapi semuanya asing buat kita. Something scary tapi agak menggoda karena banyak hal yang baru, seperti tampang cowok-cowok Italy yang lagi cofee break dengan baju kantor yang rapi. Kulit mereka yang kecoklatan, dagu yang keras dan mantap plus itu lho.. sisa cukuran yang masih kebiru-biruan bikin gemes pengen ngelus dech, juga perasaan mau nyobain bagaimana rasanya bercinta dengan mereka.

So, saya berjalan santai dengan pikiran yang bercampur aduk. Akhirnya saya berhenti di depan bus station, kemudian setelah saya pelajari rute di map saya, saya mau pergi ke Via Condotti. yah, buat window shopping.

Waktu saya naik ke bus tersebut, bus-nya lumayan padat, tapi tidak seperti di Jakarta sampai bergelantungan di pintu. Paling lorong bus itu penuh orang berdiri sambil berpegangan di pipa besi. Saya juga tidak menemukan tempat duduk jadi saya pilih tempat yang kelihatan agak kosong sambil berpegangan di pipa juga. Kemudian bus-nya melaju.

Saat menit-menit pertama, saya melihat-lihat sekeliling sambil bus itu melaju. Saya merasakan angin bertiup menerpa wajah dan bermain dengan rambut saya yang lurus sebahu. Waktu bus itu berbelok, saya merasa ada sentuhan ringan di paha saya.. kaget, saya melihat sekeliling tapi tidak ada yang ganjil. Saya melihat orang-orang sedang bercakap-cakap dan tidak ada yang mencurigakan. Saya mulai merasa ganjil karena keasingan saya di tengah-tengah bahasa mereka.

Karena tidak menemukan sesuatu yang aneh, saya pikir itu mungkin ketidaksengajaan, lalu saya kembali memandang lurus ke depan. Tapi tidak lama kemudian, tangan itu kembali lagi dan kali ini mengelus pantat saya dengan pelan. Saya menoleh mencari siapa tapi lagi-lagi tidak ada yang saya dapati. Lalu bus berhenti, masuk lagi segerombolan orang sehingga saya makin terhimpit. Saya pikir kalau sudah begini tidak mungkin lagi orang itu berani pegang-pegang, tapi dugaan saya salah karena tidak lama kemudian saya mulai merasakan tangannya di belakang lutut saya, bergerak naik ke atas paha saya. Terus terang saya terangsang sekali karena bagian tengah agak ke belakang dari lutut ke paha itu salah satu daerah sensitif saya.

Antara perasaan gundah, mungkin sungkan siapa tahu ada yang memperhatikan, tapi juga mulai terangsang jadi saya diamkan saja. Karena tidak ada yang bisa saya lakukan di tengah kepadatan bus dan pikir saya, toh dia cuma bisa pegang-pegang, lagi pula saya melihat di sekitar saya itu banyak cowok-cowok berpakaian rapi yang mungkin mau makan siang. So, insting iseng dan cuek plus pengen tahu saya lebih kuat daripada perasaan malu. Saya ingin tahu sejauh mana tangan orang tersebut bereaksi dan juga ngapain malu, nggak ada yang kenal saya ini, lagian cowok-cowok yang dekat saya cakep-cakep.

Mungkin karena saya diam saja, tangan itu mulai berani bergerak perlahan terus ke bagian atas paha tengah saya. Saya semakin grogi. Sambil menahan rasa nikmat yang mulai menjalar dari paha, saya gigit bibir saya, karena takut saya nanti bersuara (karena kebiasaan saya suka berisik). Saya mencoba untuk menyatukan kaki saya supaya tangannya tidak bisa menggerayang ke atas lagi tapi tidak bisa, karena bus itu bergoyang-goyang, yang membuat badan saya jadi limbung sehingga kaki saya harus agak direnggangkan supaya bisa berdiri dengan stabil.

Diantara perasaan nikmat plus tegang, tangan itu semakin berani kali ini dia maju ke atas, menuju ke celana dalam saya. Tangannya mulai membuat lingkaran-lingkaran kecil tepat di daerah sekitar lekukan pantat saya sebelah bawah dan di atas vagina saya yang tertutup celana dalam. Wow, makin terangsang plus grogi deh. Kali ini saya agak melenguh sedikit tapi tidak mengundang perhatian penumpang sebelah saya, mungkin mereka pikir saya kecapekan berdiri kali. Tapi si pemilik tangan ini makin berani setelah mendengar desahan saya. Dia mulai menyisipkan jemarinya ke dalam celana dalam saya yang mini itu. Tidak sulit karena mini, dia bisa merasakan daerah itu mulai basah karena ulahnya. Sungguh sulit untuk melukiskan perasaan saya saat itu.. mungkin pembaca bisa coba untuk membayangkan posisi saya di daerah yang asing dan baru.

Karena dapat angin merasakan kebasahan saya, dia mulai berani membuka bibir kemaluan saya dan memainkan jemarinya di antara kedua bibir itu sambil sesekali melingkar-lingkar di clitoris saya. Aduh, pembaca sungguh nikmat rasanya. Saking tidak kuat menahannya saya rapatkan lagi paha saya. Lalu dengan tiba-tiba saya mencoba untuk menjebak tangannya di antara paha saya, tapi refleksnya sangat bagus sehingga dia sempat lolos waktu itu. Lumayanlah pikir saya untuk catch my breath again. Jantung saya berdegup sangat kencang sampai-sampai saya takut kedengaran sama yang lain. Kaki saya yang mulai lemas sehingga saya sedikit bersandar di kursi yang terdekat.

Tapi tidak lama tangan itu kembali lagi kali ini saya merasa sesuatu yang dingin di celah paha saya yang nantinya saya sadar mungkin itu gunting or what and how? Karena berikutnya celana dalam saya sudah robek terbelah dua. Tangannya semakin berani beroperasi di antara kedua bibir vagina saya melingkar-lingkar dan mulai nenekan perlahan. Pelan namun mesra. Kemudian saya mulai merasa jarinya membuka kedua bibir kemaluan saya dan mulai memasukkan dua buah jarinya ke dalam vagina saya keluar masuk sambil digesekkan ke daerah clitoris saya. Saya terpana karena tidak menyangka dia seberani itu tapi tak kuasa untuk bertindak. Kaki saya mulai lemas lagi mungkin karena kenikmatan yang dihasilkan oleh gerakan jemarinya.

Saya terpaku oleh rasa itu, diam tak bergerak hanya bisa menikmati sambil kuat-kuat menggigit bibir menahan nikmat itu. Perasaan yang tak tertahankan itu membuat saya diam-diam berimajinasi bagaimana rasanya kalau penis yang ada di dalam vagina saya. Dalam diam saya sangat menikmati gerakan tangannya. Saya sudah sangat basah sekarang. Saya kuatir nanti terdengar bunyi seperti clep.. clep.. Saya berdiri setengah bersandar di situ antara perasaan grogi takut ketahuan tapi saya berdiri diam di situ tidak bergerak sambil menikmati permainan tangannya.

Tangan itu tidak berhenti juga mungkin dia dapat merasakan gerakan dinding vagina saya yang makin intense. Saya merasa saya hampir orgasme. Akhirnya tiba-tiba seperti gelombang saya merasakan suatu perasaan yang sangat hebat, mungkin saya orgasme seperti dalam sedetik itu saya berada di suatu tempat yang terang sekali.. sendirian. Untung saya masih bisa menahan tidak menjerit walau susah sekali dan bibir saya terasa sakit karena saya gigit keras sekali. Rasanya berdarah sedikit karena ada rasa besi dalam mulut saya.

Setelah itu, saya kembali bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitar dan membuka mata memandang jalan. Sambil menarik nafas panjang saya berdiri tegak. Saya rapatkan kaki saya, dan seperti semula, tangan itu sudah tidak ada. Saya lihat sekeliling, ada beberapa mata yang memandang saya dengan shock tetapi saya cuek saja. Saya berbalik memandang jalan kembali dan melihat ke jam tangan saya. Well, semua itu terjadi hanya dalam 10 menit.

Di depan saya melihat ada bus station. Saya cepat melewati orang-orang menuju pintu lalu saya turun. Setelah saya memijakkan kaki saya di tanah, saya pandangi lagi bus yang mulai bergerak maju tapi ada suatu gerakan yang menarik perhatian saya. Ternyata ada seorang cowok berkemeja biru, berambut coklat tua dan berumur sekitar 30 tahun mengangkat tangan dan memberi salute kecil pada saya seperti gaya militer di dekat kening itu lho. Dia tersenyum (jujur saja, dia memang ganteng. Kalau dia mendekati saya di sebuah café mungkin saya juga tertarik oleh tampang Italy-nya yang rough but nice itu) Tak sadar, saya pun tersenyum balik.

Begitulah pembaca. Saya mulai melihat sekeliling, ternyata saya sudah satu blok di dekat Via Condotti. Saya mulai berjalan sambil masih tersenyum simpul oleh pengalaman tadi. Pengalaman itu adalah salah satu starter yang membuat saya mulai suka melakukan hal-hal tersebut di tempat umum bahkan di Jakarta mungkin karena adrenalin yang berpacu sangat cepat kalau kita tahu kita di tempat umum membuat saya selalu ketagihan.

Wow, Masih begitu perasaan saya kalau mengingat kejadian itu, seperti saya menulis sekarang ini, vagina saya sudah basah. Tinggal menunggu nanti sore selesai jam kantor. Saya akan bertemu Erick, may be Erick can help me now.

TAMAT

Permainan Panas Tante Siska

Namaku Ardo, saat kejadian ini usiaku baru 17 tahun. Kisah ini berawal 2tahun lalu, karena kepindahan orang tuaku ke Makasar . Aku yang masih SMU juga harus ikut pindah ke Makasar . Sebagai warga baru seperti biasanya kami sekeluarga memperkenalkan diri dulu kepada tetangga-tetangga didaerah rumahku yang baru.

Ada satu tetangga yang membuat aku sangat tertarik, selain ramah dan baik aku juga terangsang dengan wajahnya yang cantik meskipun dari segi body tante Siska ini kurang menarik. Tante Siska berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut sebahu dan berumur 35 tahun. Tante Siska baru mempunyai anak satu, dan masih TK.

Setelah perkenalan itu ibu dan ayahku terbilang dekat dengan om dan tante Siska. Karena kedua orang tuaku bekerja, aku sering sekali aku dikirimi makanan-makanan dari tante Siska, dan kupikir ini kesempatan.

Suatu hari, didaerahku hujan lebat. Tiba-tiba tante Siska datang dengan keadaan basah kuyup, memberitahukan bahwa rumahnya bocor dan aku disuruhnya melihat dan membetulkan genteng rumahnya. Aku yang sedang dalam gairah tinggi melihat ini adalah kesempatan besar. Aku masuk ke dalam rumah tante Siska, dan baru saja masuk aku langsung memeluk tante Siska. Tante Siska berontak tapi aku dengan kuat terus memeluknya dari belakang, kudorong tante Siska ke sofa dan kulucuti pakaiannya satu persatu. ” Ardo, kamu mau apa jangan macam-macam Ardo!”bentak tante Siska, tapi aku yang sudah nafsu terus saja melucuti pakaian tante yang basah. Dengan cepat aku melucuti pakaian tante, dan terpampang jelas tubuhnya yang indah. Kuhisap langsung memeknya yang merah dan minta disuntik dengan segera.” Ardo, mmmmhhhhh, geli Ardo. Jangan diteruskan Ardo, mmmmmhhhh” keluhnya dan aku masih tetap saja kujilati memek tante Siska. 5 menit aku jilati memek tante Siska, setelah itu kupaksa tante Siska melayani kontolku dengan mulutnya sampai tante Siska muntah-muntah karena sepertinya memang baru sekali ini saja. Dan 5 menit berikutnya aku paksa kembali tante Siska melayani kontolku dengan memeknya.

” Ah, tante memeknya keset banget sih. Kan susah masukinnya !”, Kontolku baru masuk seperempat.
” Ardo jangan Ardo, mmmmmmhhhhhhhhhhhhh .”
” Pokoknya tante harus melayani saya sampai sore “
” Jangan Ardo, aduhhhh sakit Ardo” kontolku sudah tenggelam di kenikmatan yang tiada tara.
kupercepat tempo sodokanku, dan tante Siska menggeliat dengan keringatnya yang menetes.
” Ayo tante, mmhhhhhh”
“Mmmmmmmmmhhhhhhhhh hhhhh, reeeeeeiiii, reeeeeeeeeeeei” dihempaskannya tubuhku, kontolku mengayun saja setelah lepas dari memek tante Siska. Tante Siska bangun dan berdiri dalam keadaan bugil.

“Ardo kamu harus tanggung jawab, tante gak terima kalo kamu yang main diatas”
Dipegangnya kontolku, dimasukkannya lagi ke dalam memeknya. Tante Siska merem melek menahan kenikmatan kontolku yang lumayan besar.
” Ardo kontol kamu ueeenak banget sih, tante genjot yah! “
” Iya tante, yang cepet ya tante “
Tante Siska terus menggenjot kontolku, dan sekarang aku yang merem melek.
” uhhh. Ardo sayang tante mau keluar “
” keluarin aja tante “
” gantian dong sayang, tante capek nih “
” tante nunging yah, biar sama-sama enak”. Tante Siska menurut yang aku bilang.
Kucari lubang anus tante Siska, karena aku belum sama sekali merasa mau keluar. Kucoba tusukkan kontolku ke anusnya dengan pelan,
” Ardo jangan disitu sayang, tante belum pernah sayang”
” tenang aja tante dijamin enak deh!”
” Ardo sakit Ardo, ahhhhhhhhhhhhhhhhhh hh. sakit Ardo udah Ardo” jerit tante Siska setelah kontolku sudah masuk setengah anus tante Siska.
” enakkan tan, kontolku”
” heeh enak banget, tapi jangan cepet2 yah Ardo “
lima menit sudah kusodok lubang anus tante Siska, tiba-tiba terdengar suara mobil jemputan anak tante Siska sudah kembali dari sekolahnya. Aku yang belum keluar mempercepat sodokanku sedang tante Siska sudah 2 kali.
“sayang udahan dulu yah!, Dina udah pulang tuh!”. tante Siska melepaskan kontolku yang masih tegang.
“tan, saya belum keluarnih”
“masak sih Ardo,kuat amat sih,. Ya udah tunggu tante dikamar nanti tante nyusul.”
” gak mau ah” kutarik lagi tante mirsa dan sekarang memeknya yang kujadikan sasaran keberanganku.
” ahhhhhhhhhhhh. terus sayang.terus. jangan dilepasin dulu ya”.
tiba-tiba Dina anak tante mirsa membuka pintu.
“mama, eh mama lagi ngapain sama om Ardo”.Dina yang ketawa melihatku dengan mamanya dalam keadaan ngentot.
“Dina kekamar dulu ya, ganti baju dulu ya.mama lagi main dulu sama om Ardo”
“iya sana Dina masuk dulu, ntar om Ardo beliin coklat deh”
Dina yang belum tahu apa-apa langsung lari kekamar dengan senangnya karena aku janji belikan cokelat.
“terusin lagi dong Ardo, tanggung nih”
kuteruskan lagi permainanku, sekitar sepuluh menit kemudian aku merasakan ada yang mau keluar dari kontolku.
“tante, Ardo mau keluar nih. mo bareng gak?”
“mmmmmmmmhhhhhhhhhh hhhhhh, terusin aja sayang kontol kamu enak banget sih, “ante juga mau keluar nih. mmmmmmmmmmhhhhhhhhh hhh”
“tante Siska mmmmmmmmhhhhhhhhhhh hhh enak banget tante”
tak lama kemudian dikontolku terasa ada rasa hangat yang luar biasa.
“tante juga keluar Ardo, kontol kamu enak banget ya!”
“memek tante juga luar biasa”
aku memeluk tante Siska dengan erat sambil tiduran disebelahnya tanpa melepas kontolku didalam memek tante Siska.
“Ardo kamu udah merawanin 2lubang tante. kontol kamu tuh yang baru pertama kali ngerasain pantat sama mulut tante.ternyata kamu hebat banget deh”
“tante, kapan-kapan boleh minta lagi ya!”
“diatur ajalah, yang penting waktunya enak”
“makasih ya tante”
aku dan tante Siska berciuman sebelum pulang. dan keesokan paginya kami melakukan lagi, dan terus melakukan setelah Dina berangkat. kadang kalo ortuku mudik atau menengok kakakku yang kuliah di Jakarta, tante Siska datang kerumahku walaupun suaminya ada dirumah. dengan alasan mengantar makanan, kami sempat melakukan walau kilat saja, tapi aku puas.
ini terus kulakukan sampai pada saat tante Siska hamil, dan menurutnya itu adalah benihku. aku sempat melihat anak pertamaku, sebelum aku harus kuliah di Jakarta menyusul kakakku disana. tapi kalo aku pulang ke Makasar, aku masih melakukannya dengan tante Siska. mungkin aku jatuh cinta pada memek tante Siska, dan sepertinya aku mengidap odipus complex. Karena di Jakarta pun aku juga sering melakukannuya dengan tante-tante sebaya tante Siska walaupun tak seenak memek tante Siska tak apalah untuk selingan aja kok. Tapi tetap saja kontolku buat memek tante Siska.

Silvy VS Dokter Kandungan

Malam itu terlihat Silvy sedang berada disebuah tempat praktek Dokter Kandungan, setelah kejadian-kejadian yang dialaminya dengan Harris dan Manto (baca: Silvy-Harris & Silvy-Manto). Silvy takut suatu saat nanti dirinya hamil karena sperma laki-laki lain, dan kalau nanti ia sampai hamil pasti suaminya akan mengetahui perbuatannya bersenggama dengan orang lain.

Hari ini kebetulan suaminya sedang pergi keluar kota selama 2minggu, Silvy yang memang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi dokter kandungan, akhirnya memutuskan untuk mendatangi tempat praktek dokter kandungan, ia ingin cepat-cepat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk memastikan alat kontrasepsi apa yang cocok untuk dia, karena Silvy ingin segera merasakan kepuasan bersenggama kembali, hampir lebih dari 2 minggu, Silvy tidak dapat menikmati sodokan-sodokan kontol-kontol perkasa yang dapat memberikan kepuasan kepada dirinya, karena ia takut akan hamil.

“bu Silvy,”

Silvy mendengar namanya dipanggil.

“Yach, betul,” Silvy menjawab, dan menengok kearah siempunya suara yang ternyata suster di tempat praktek ini.

“Sekarang giliran ibu,” kata suster tersebut, “mari ikut saya, bu.!!”

“Oh..yach,” jawab Silvy, sambil berdiri dan mengikuti suster itu menuju keruangan praktek.

Silvy baru menyadari tempat praktek dokter kandungan yang tadi lumayan penuh dengan pasien, sekarang telah kosong, Silvy menyadari bahwa ia adalah pasien terakhir.

“Dok, ini ibu Silvy pasien terakhir kita malam ini,” Kata suster itu kepada lelaki yang berada didalam ruangan praktek itu

Dalam hati Silvy membatin,”masih muda nih dokter, dan wajahnya lumayan ganteng,” Silvy memperkirakan dokter ini seumuran dia.

“Malam, dok,” Silvy menyapa si dokter.

“Malam, juga Bu! Silahkan duduk bu! Apa yang bisa saya bantu??,” si dokter menjawab sambil bertanya dan mempersilahkan Silvy duduk.

Sebelum sempat Silvy menjawab pertanyaan sang dokter, ia mendengar si suster berkata,” Dok, ibu Silvykan pasien terakhir, dan saya kebetulan ada keperluan keluarga, boleh saya pulang lebih dulu,”

“Oh..ok, “ jawab si dokter sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Sebentar yach bu,” kata si dokter ke Silvy, lalu dokter itu keluar dari ruangan mengikuti si suster.

Tak lama kemudian dokter itu kembali dan berkata kepada Silvy,” maaf yach bu, soalnya saya harus mengunci pintu depan, kalau tidak nanti ada orang datang lagi untuk berobat atau berkonsultasi, padahal ibu Silvy-kan pasien saya terakhir apalagi suster saya sudah pulang”

“Oh..gak apa-apa kok,” balas Silvy

“Nach, sekarang apa keluhan ibu, mudah-mudahan saya bisa bantu,” tanya si dokter.

“Begini dok, saya ingin memakai alat kontrasepsi, tapi saya tidak mau kalau suami saya itu memekai kondom, jadi kira-kira alat kontrasepsi apa yang bagus untuk saya,” Silvy menjelaskan maksud tujuannya datang ketempat praktek ini.

“Oh itu, memang ibu dan suami sudah tidak berkeinginan untuk mempunyai anak lagi, ngomong-ngomong sudah punya berapa anak?” tanya sang dokter lagi.

“yach begitulah, saat ini kami mempunyai satu anak, “ jawab Silvy sedikit berbohong, karena tidak mungkin ia menjelaskan kedokter bahwa ia ingin lebih puas dalam menikmati kontol-kontol perkasa tanpa takut akan hamil.

“Baru satu?? Memang tidak berkeinginan nambah, bu??” si dokter memastikan.

“Hmmhh…betul,” Silvy menjawab sambil tersenyum.

“Lalu ibu mau yang sementara atau selamanya,” tanya sidokter.

“maksudnya??” Silvy balik bertanya.

“Begini loh, Bu!. Kalau sementara saya sarankan ibu untuk menggunakan spiral, tapi kalau ibu dan suami ingin untuk selamanya tidak mempunyai anak lagi, yach! Saya menyarankan ibu untuk disteril, maksud saya saluran indung telur ibu harus saya tutup rapat, jadi kalau ibu berhubungan dengan suami, sperma suami ibu tidak dapat lagi menerobos kesaluran indung telur ibu, dengan begitu saya jamin tidak ada satupun indung telur ibu yang dapat dibuahi oleh sperma suami ibu,” jelas sang dokter panjang lebar.

“Ooohhh…begitu,” gumam Silvy,” Kalau gitu saya pilih yang sementara saja, siapa tahu nanti kita ingin mempunyai anak”

“Ibu mengambil keputusan yang tepat, nach sekarang ibu silahkan berbaring disana, saya akan mempersiapkan peralatannya,” kata si dokter sambil menunjuk kearah ranjang.

“Bajunya dan CDnya tolong dilepas, Bu!!, terus ibu kenakan ini” lanjut sidokter sambil memberikan jubah berwarna biru muda.

“wah, bu!! terbalik pakai jubahnya,” dokter itu berkata sambil tersenyum saat melihat Silvy mengenakan jubah itu dengan bagian yang terbukanya berada didepan.

“Bagian yang terbukanya itu untuk dibelakang, kalau ibu pakai seperti itu nanti saya gak akan selesai-selesai memasang alat kontrasepsinya, karena mata saya akan melihat kedada ibu terus,” lanjut sidokter sambil bercanda ke Silvy.

“Ohhh…he..he..dokter bisa aja,” Silvy tersipu malu mendengar guyonan si dokter, sambil membetulkan jubah tersebut, kemudian iapun berbaring diranjang.

Silvy bingung melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Silvypun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.

Setelah selesai mempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Silvy diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,

“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum.

Tanpa menunggu jawaban Silvy, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Silvy satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri kanan kaki Silvy itu, perbuatan sidokter membuat Silvy terhenyak, Silvy tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini, kemaluannya akan nampak jelas didepan si dokter, mukanyapun menjadi merah karena menahan malu, melihat Silvy yang tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, si dokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Silvy ke dokter kandungan.

“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Silvy.

“Hhmmmhh….,” Silvy hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya.

Kedua jari tangan kiri si dokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Silvy dari sebelah atas, sehingga kelentit Silvy tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan si dokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Silvy, sementara Silvy merasakan geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Silvy mulai bangkit, memeknya mulai basah.

“Ouugghhh…..ssshhhh,” Silvy menjerit lirih saat merasakan alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.

“Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter.

Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Silvy yang masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir vagina Silvy dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Silvy, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang vagina Silvy yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Silvy jarang dipakai oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek Silvy sudah basah.

“Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Silvy merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya.

Mendengar lirihan Silvy, si dokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..”

Setelah melihat cengkraman dinding vagina Silvy dialatnya mulai mengendur, si dokter pun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Silvy, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir vagina Silvy, si dokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina Silvy, gesekan yang ditimbulkannya membuat Silvy mengerang lirih.
Setelah terlepas, si dokter kembali memijat-mijat vagina Silvy, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Silvy, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Silvy sendiri yang dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.

“Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,” Silvy berkata dalam hatinya.

Tangan Silvy yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Silvy kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Silvy telanjang bulat didepan sang dokter, tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya mendesis-desis menandakan Silvy sedang menikmati semua itu.

Sang Dokter yang melihat aksi Silvy melucuti jubah dan BH-nya serta aksi remasan tangan Silvy dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul, “nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Silvy yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Silvy yang membuat Silvy semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah si dokter, aksi si dokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Silvy, dengan gerakan perlahan-lahan si dokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang vagina Silvy semakin basah, erangan-erangan Silvypun semakin sering terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan si dokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Silvy betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya.

“Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..”Silvy merintih-rintih kenikmatan.


Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Silvy memuntahkan lahar kenikmatannya.

Tubuh Silvy mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Silvy yang membasahi jari tangannya.

“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.

“Iyaachh…”Silvy menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh.

Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Silvy, membuat Silvy menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kontolnya di lubang memek Silvy, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Silvy, setahap demi setahap.

Sleeepp….bleeessss….bleessss…..

kontol sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Silvy, Silvy yang merasakan kontol dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya membatin,”lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak sebesar punyanya pak Manto”.

“Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh…”desis Silvy.

Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang senggama Silvy, kedua tangannya berpegangan dipaha Silvy, lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Silvy dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka.

“Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk .memekkuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Silvy mengerang kenikmatan menikmati sodokan kontol sang dokter di lubang senggamanya.

“Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll… “ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Silvy dibatang kontolnya..

“Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih Silvy meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya.

Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Silvypun semakin sering terlihat melenting dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan kontol sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.

“Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,” Silvy mengerang tubuhnya melenting.

“Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh..” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang senggama Silvy, lalu terdiam.

Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr…..

Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Silvy dan ia juga merasakan dinding vagina Silvy berkedut-kedut meremas-remas batang kontolnya, Silvy sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Silvy sendiri merasakan pada dinding vaginanya batang kontol sang dokter berdenyut-denyut.

Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya dari jepitan vagina Silvy setelah ia merasakan remasan-remasan dinding vagina Silvy berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan Silvy, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lendir kenikmatan Silvy mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai.

Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Silvy bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Silvy mengangguk tanda mengerti dalam hati Silvy berkata ,”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,”

Sebelum pulang Silvy bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Silvy, gratis!!! bisiknya

Silvypun pulang dengan tersenyum simpul, dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi kontol yang bisa membuat puasku, yang bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.

T A M A T

Kunikmati Kakak Iparku

Sebenarnya ini adalah kisah nyata yang tadinya ngak pernah terfikir di benakku untuk menceritakan pada orang lain, tapi karena forum ini aku coba untuk berbagi, kejadian nya belum lama sekitar 6 bulan yang lalu, aku adalah seorang pekerja yang jarang ada waktu di rumah, maklum kerjaku sebagai karyawan di industri otomotif yang notabennya sekarang sedang banyak produksi, jadi kerjaanku agak banyak,…..dan hampir semua hariku untuk kerja…. Aku tinggal di salah satu perumahan, yang kondisinya juga agak padat… Kebetulan masih dalam perumahan yang sama ada kakak iparku, kira2 hanya terpisah 4 gang dari tempat tinggalku, dia mempunyai 2 anak dan bekerja di perusahaan yang  ada di luar pulau, sedangkan istrinya bekerja di Surabaya,untuk waktu kepulangan kakak iparku kira2 hanya 1 X dalam 1 bulan. Kondisi inilah yang membuat istrinya mungkin merasa kurang dalam hal dahaga sex, awalnya aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi, pada suatu hari ketika hari Sabtu di bulan lalu memang liburku agak banyak, karena biasanya kondisi produksi turun. Aku di panggil ke belakang, istri kakak iparku perlu bantuan, ada plapon dapur yang rusak katanya,… Setelah istriku memberi ijin, kebetulan pada waktu itu anak2nya dari kakak iparku sedang pergi bermain semua,….

Pada saat aku datang dia menyambutku, masuk Wan, ku lihat dia menggenakan daster panjang putih, dengan lengan yang pendek, sehingga agak nampak bagian ketiak lengan kakak iparku bertubuh sekal dengan kulit yang putih… Sehingga aku mulai membetulkan plaponnya, hal sangat mudah sebenarnya aku lakukan.. sehingga hanya dalam beberapa saat saja aku sudah selesai,s atelah itu kakak iparku menawarkan untuk minum kopi dulu…hal yang wajar pikirku…lalu aku duduk bersebrangan di ruang keluarga, lalu kami memulai pembicaraan…. apa saja yg kami obrolkan….mulai dari kantor, umum, politik, dll. Aku memanggil dia ayuk…( sebutan untuk kk ipar perempuan ), ketika kami mulai pembicaraan sex, dia mengatakan sudah lama tidak tersentuh… dan hari ini agak merasa agak horny….aku agak tidak menanggapi dengan serius sambil menonton TV yg berada
dekat dgn di mana kami duduk, karena aku sambil nonton tv, aku mengatakan…sabar aja yuk, mungkin sebentar lagi kakak datang, kataku. Ketika aku hendak mengambil gelas untuk ku minum, ku sadari kakakku dlm posisi mengangkang, sehingga nampaklah
cd warna merah marun, dengan bagian atas tampak agak berbayang hitam,bulu2 dari  lembutnya pikirku, dengan paha yg putih mulus. Sekejap aku hanya menelan air liur saja,sambil berpaling ke arah TV lg, rasa takut meyeruak sekilas dalam pikiranku,….
“Wan, kamu bisa ngerok ngak,aku agak masuk angin nih…” tiba-tiba dia memanggilku….. “oh bisa yuk…emang ayuk kenapa..” masuk angin tanya ku…..,iya nih Wan….bentar aj deh kerokin, sebelum kamu pulang…
akhirnya aku mengiyakan…..sebentar ya Wan aku ambil kerokan dan kayu putihya dulu,….setelah itu dia pergi ke kamarya lalu kembali dengan hanya menggenakan kain yang terbungkus sampai ke dada, lalu sambil duduk menghadap ke TV dia membuka
kain dan memegang bagian depannya saja, ku lihat BH nya tampak sudah di lepas, lalu aku duduk di belakangnya…sambil ku ambil koin buat kerok…. ku mulai memoleskan minyak kayu putih di punggungnya….. sambil ku mulai mengerok dia membuka obrolan kembali…..Wan sekalian agak di pijet kecil ya bagian tengkuk nya aja,… ya yuk….kataku….emang sakit banget ya ….ya Wan…sambil ku pegang bagian belakang lehernya,dan ku pijat kecil,lalu tiba2 dia membalikkan badannya sambil membuka kain yang menutup di dadanya,…tampaklah buah dada putih yang lumayan besar..dengan putting berwarna coklat kemerah-merahan…..dadaku langsung berdegup kencang, kaget, takut, senang bercampur jadi satu…..tiba - tiba tangan ku di ambil dan di letakan di payudaranya, tepat di bagian putingnya….yuk jangan…kataku….ngak apa2 ko Wan aku lg kepingin banget nih…kamu ngak usah takut, aku ngak akan bilang siapa2 kok,…. sambil dia memainkan tanganku memutari payudaranya.. bingung bercampur takut, tapi kontolku juga sudah berteriak lantang sambil berdiri tegak,ngak apa2 boss kita cobain aj… kemudian bibirnya mulai di dekati ke bibirku…aku tidak membalas, hanya diam, namun ketika tangannya menyentuh kontolku nafsuku mulai timbul, bagaikan kucing di kasih ikan gratis… akhirnya ku mulai memainkan juga lidahku….akh..akh… suaranya
mulai mendesis…sambil meladeni ciumannya ku mula memegang memeknya.. walau masih berlapis cd, benar dugaanku tadi itu jembutnya yang nampak kehitaman, karena cdnya agak trasparan…..akh…akh…pegang lg Wan…..kata nya menyeringai kemudian aku baringkan ke lantai dan mulai ku buka cdnya….lalu ku mulai menjilati mulai dari payudara.terus ke perut dan turun lagi ke bagian vaginannya….akh…akh…enak Wan…..tangannya memegang belakang kepalaku agak kencang, menahan agar tidak di angkat dari selangkangannya….akh…bagian klistorisnya kadang2 aku gigit kecil, ….harum sekali lubang vagina kakak iparku ini….terlihat terawat….Wan…..gantian dong aku ingin mengulum punyamu…..sesaat terdengar suara kecil dari dia, perlahan aku membalikan posisi sehingga sekerang menjadi 69, batang kemaluan ku sudah mulai di kulumnya…akh..
sekarang aku yang mendesis…lidahnya amat nakal..terasa tebal dan bagian tengah lebih geli….akh ayuk pinter deh mainin lidahnya…ah km bisa aja Wan….coblos dong….oke yuk…..lalu aku membalikan lagi posisi,..ku mulai memasukan kemaluanku ke lubangnya…. akhhh…kembali dia merintih…lalu ku tekan perlahan,dan ku tarik ke atas dan ku dorong lagi…akhhh…ekhh
ternyata berisik sekali kakak iparku ini kalo berhubungan, ku tutup perlahan mulutnya agar tidak terlalu keras, terus Wan…tekan.. akhhh enak Wan…kontolmu keras dan besar….kemudian ku angkat perlahan dan ku duduki dia sambil kedua paha kami
saling silang..akhh sekarang dia yang mengenjot….sambil cium payudaranya dan lidah kami saling beradu…ku kenjot agak cepat…tiba-tiba…dia menjengut rambutku…dan teriak…akhh..akhhhh aku keluar Wan…..semua menegang dan kontolku terasa ada yg membajiri…ku tau dia O tp aku belum, ku baringkan lagi dia di lantai….terus ku luruskan kakinya, sambil ku masukan lagi kontolku ke memeknya…sekarang posisi kontolku agak terasa terjepit, karena paha yg rapat…ku kenjot kencang akhh…akh…akh..kembali dia teriak keenakan…semakin kencang nafsuku semakin besar… lalu ku bisikan dengan suara lembut mau ke luar di mana yuk….di dalam aja Wan…aku pakai spiral ko….semakin semangat aku mengenjot…akhirnya di ujung tanduk …dia melabarkan lg kakinya dan melingkarkan ke belakang kakiku… akhhh…akh… tidak kuat lagi..yuk.. akhhhhh sekarang aku yg teriak seiring keluarnya spermaku….ah….lalu aku terbaring di sampingnya……………hari itu kami melakukan sampai 3X, sorenya baru aku pulang ke rumah….. Sesuai perjanjian kami…kami akan menutup rapat2 kejadian hr ini………….
Tapi seiring waktu berjalan…kakak iparku sesekali menelpon ku untuk ngajak ketemuan di luar perumahan…mungkin ketagihan… tp aku belum punya banyak waktu luang, walapun ada keinginan untuk mencoba kembali menikmati lubang memek kakak iparku.

SPG Vitamin

Aku kerja disatu perusahaan farmasi, selama ini aku kerja sebagai medical detailer yang bertugas mempromosikan obat2 etikal (yang katanya kudu dibeli pake resep dokter) ke dokter2 dirumah sakit, klinik dan lembaga kesehatan lainnya. Aku punya banyak kenalan dokter karen aku seneng becandain mereka kalo lagi detailing (mempromosikan obat). Kalo yang laennya, suka minta tolong susternya minta tanda tangan dokternya di kartu detailer tanpa ketemu dokter, ngerti sih nungguin dokter suka lama banget, aku lebi seneng ketemu langaung dokternya, makanya aku selalu tanya dokter biasanya praktek sampe jam brapa. Kalo belon terlalu malem ya aq dateng sekitar selesai praktek supaya bisa ngobrol ngalor ngidul. Kadang dokternya karena tau aku seneng ngajakin ngobrol, ngajak aku ngobrol di cafe yang ada di rumah sakit atau deket rumah sakitnya supaya susternya bisa pulang tanpa harus nungguin dokternya pulang. Makanya suster2 seneng kalo aku datengnya menjelang selesai prakteknya si dokter karena artinya mereka cepet bisa pulang. selama ini si cuman ngobrol ja, gak da kelanjutannya apa2, padahal kalo dokternya keren, aku ngarep juga diajak kemana gitu, gak cuman ngobrol ke cafe. Minta duluan gak enak, takutnya kedengaran kantor bisa dipecat aku, detailing sembari nawarin diri he he.

Satu waktu aku dipindah untuk membantu promosi vitamin tulang baru, karena targetnya bukan lagi dokter ya aku gak detailing ke dokter tapi lebih sebagai SPG nerangin langsung ke konsumen di mal2. Aku juga merintis kerja sama dengan apotik supaya mereka mau nyetok produk ini, kantor mensponsori pemeriksaan orsetoporosis di situ, dimana kalo ada gejala osteoporosis aku bisa langsung menawarkan ke prospek. Proyekku berjalan lancar, banyak apotik sudah mau menjadi stokist vitamin ini. Kebetulan disatu apotik bekerja sama dengan satu laboratorium mengadakan paket murah pemeriksaan laboratorium untuk hal2 yang rutin seperti kolesterol dan sejenisnya. Aku ditawari untuk menyelenggarakan pemeriksaan osteoporosis juga untuk membantu penjualan vitamin tulang di apotik itu. Banyak juga yang datang untuk pemeriksaan osteoporosis, maklumlah apotiknya terletak disatu komplex perumahan menengah ke atas sehingga warganya sudah sadar untuk memeriksakan kesehatan secara rutin. Buat warga yang terindikasi mulai terkena ostoporosis kubujuk untuk membeli vitamin tulang, kebetulan ada promosi dari kantor setiap membeli 3 botol mendapat gratuis 1 botol. Botol vitamin untuk promosi aku bawa dari kantor sedangkan pembelian yang 3 botol dari stok apotik. Laris manis juga jualanku, sampe stok apotiknya abis, mereka langsung memesan lagi untuk mengisi stoknya. Aku call ke kantor supaya diurus pembelian apotik tersebut dan segera mengirimkannya. Banyak warga yang inden vitamin itu karena mereka gak kebagian jatah. Salah satunya ada warga yang aku kenal baik, dia dokter di rumah sakit yang sering aku lakukan detailaing. "Dokter tinggal disini?" sapaku. "Iya, kalo gak di rumah sakit jangan panggil dokterlah". "Iya deh panggil om ya, biar akrab". "Bisa aja kamu Nes". "Om dah kena tu osteoporosis, tapi bisa mendokteri diri sendiri kan?" "Ya gak lah, vitamin kamu bagus gak, apa bedanya sama merek yang biasa aku pake (dia menyebutkan nama merknya)". Kebetulan mereka yang disebut si om tu merk pesaing terbesarku, dengan sigap aku menerangkan kelebihan vitaminku dibandingkan dengan vitamin merek yang disebut si om. Banyak warga yang gak kebagian vitamin ikut mendengarkan penjelasanku. "Bener nih", kata si om setelah selesai aku terangkan. "Mangnya Agnes pernah bohong ma om kalo di rumah sakit". "ya enggak sih". "Makanya om, borong dong vitaminnya, mumpung beli 3 dapet 1. Beli aja 2 set buat ibu sekalian, kalo belon osteoporosis bisa untuk pencegahan kak, cuma dosisnya separuh yang dah kena". "Ok deh, kamu kirim ke rumah ya". Karena si om pesen vitamin itu, warga laen yang belon kebagian dan tau kalo si om tu dokter pada rame2 ikut inden ke apotiknya. Si empunya apotik tersenyum lebar karena omzetnya dari vitaminku saja melonjak drastis. "Alamat rumah om dimana, nanti Agnes ambil di kantor dulu ya, stok apotik abis. Om ada dirumah kan?" "Aku mo kluar, kan kamu mesti ambil ke kantor dulu kan". "Trus om ada dirumah jam brapa, ibu ada dirumah gak?" "Gak ada orang di rumah, ibu lagi kluar kota sama anak2. Ya udah jam 3an deh ya". "Siap om". "Kaya satpam aja pake siap segala, makasi ya".

Selesai acara di apotik, aku membereskan peralatanku, aku mencatat pesanan tambahan dari apotik, selain yang sudah aku orderkan ke kantor. Lumayan besar orderanku hari ini, belon bisa "ngapelin" si om lagi he he. Aku santai ja kembali ke kantor dengan sepeda motorku. aku menterahkan laporan order kekantor, atasanku seneng banget liat jumlahnya, "wah sukses besar ni promosinya ya Nes". "lumayan deh mas". aku manggil atasaku mas karena seumuran denganku tapi dia duluan kerja disitu. "Ini ada pesanan dokter, tadi ketemu di acara promosi. Dia pesan 6 botol". "Dah kamu kasi ekstra 1 lagi ja bonusnya". "Jadi dapet 3 ya mas". Atasanku membubuhkan persetujuannya pada form pesanan si om tadi. Aku langsung mengambilnya ke gudang dan keuangan membuatkan faktur penjualannya, maklum deh kalo promosi kaya gini slalu minta bayarannya cash. "Kamu anterin ke rumahnya ya Nes", kata atasanku lagi. "Iya mas". "Rumahnya dimana si". "deket tempat promosi tadi". "wah sekalian ja kamu anterin pesanan apotik tadi biar cepet bisa dikasi ke warga yang mesen, kan kamu skalian kesana kan". "Bole ja, skalian jalan kok". Segera pesanan apotik disiapkan, satu box besar, tapi masih terbawa dengan sepeda motor. aku kembali mengantarkan pesanan apotik, yang punya apotik heran liat aku anterin pesanannya. "Kok nganter ndiri Nes". Dia manggil aku nama karena dah kenal baik selama ini. "Iya pak, skalian mo anterin pesanan dokter tadi". "Makasi ya", katanya sambil menandatangani bukti pengiriman barang. Aku menanyakan alamat si om tadi, dia menerangkan arahnya. Karena dah deket jam 3 sore, aku segera menuju kesana mengikuti petunjuk arahan si empunya apotik. Rumahnya besar tapi sepi, aku mijit bel, cukup lama baru si om keluar, Dia cuma pake celana pendek.

"sori ya, cuma celana pendekan aja, abis sumuk si". "Gak apa kok om". Dia membukakan pintu pager dan aku memasukan sepeda motorku kedalem, parkir disebelah mobilnya. "Masuk yuk". Dia menyilakan aku masuk, langsung keruang keluarga. Rumahnya besar, nyaman buat aku. Heran juga kok dia ngerasa sumuk, padahal ada ac yang nyala diruang keluarga. "Kok sepi rumahnya om". "Kan aku dah bilang tadi, keluarga lagi kluar kota semuanya". "Dah lama ya om". "Udah juga si, nengok mertua sakit, katanya si dah parah". "Kok om gak nengok". "aku kan kudu kerja, aku nuggu kabar aja, kalo ada yang kritis baru aku brangkat". "Wah sepi dong om ditinggal lama gitu, pa gak gatel tuh". "Kok gatel, apanya?" dia tersenyum, aku sengaja mulai nyerempet2 ngomongnya. "Kalo lama gak dikluarin katanya bikin gatel2". "apanya yang gak dikluarin". "O ngerti Agnes sekarang napa om ngerasa sumuk dan cuma pake celana pendek, dalam rangka mo ngeluarin ya. Tu tv nya stand by, lagi nonton ya om". "Tau aja si kamu". aku mengambil remote dan memijit pausenya, di tv langusng muncul tayangan seornag lelaki negro yang kontolnya gede panjang sedang diemut oleh abg amoy. "asik nih". aku terpaku melihat tayangan itu, apalagi ketika si negro mulai mendogi si amoy, suara ah uh bergema.

Dia kaget saat tiba-tiba aku duduk merapat dan mulai mengelus selangkangannya. "keras banget om, dah lama ya gak dikluarin". Tanganku menyusup kedalam celana pendeknya dan cdnya, menyerobot kontolnya dan mengeluarkannya. "Om gede banget, panjang lagi". "Mangnya kamu belon pernah liat yang sebesar ini, tu si negro punya juga gede banget kan". "Itu kan di film om, punya cowok Agnes gak segede om punya". tangan kananku terus meremas halus kontolnya. kepalaku menuju ke arah kontolnya. Pelan-pelan aku mengecup, melumat dan menyedot kontolnya, pantatnya bergerak seirama sedotan mulutku, tangan kirinya berpindah-pindah antara toket kiri dan kananku yang lembut namun kenyal. "Kamu imut orangnya tapi toket kamu montok juga ya Nes". "Om suka kan". "Suka banget Nes, palagi emutan kamu nikmat banget deh, dah ahli rupanya". makin lama sedotanku semakin liar, aku terus melumat, menjilat dan menyedot kontolnya yang kian mengeras. Aku terus menyedot kontolnya, pinggangnya pun bergerak turun naik, mengikuti sedotanku. dia sepertinya merasakan desakan hebat dikontolnya, segera ditariknya kepalaku, dilumatnya bibirku. Jemariku kini mengambil alih tugas mulutku, mengocok kontolnya yang telah licin. "Nes, kekamar yuk". "Om dah gak tahan ya". "Iya nih, abis kamu nakal banget sih. Dah sering nyepongin kont0l ya Nes, nikmat banget deh sepongan kamu". "Mau kan Nes". "Siapa takut", jawabku. gak lama kemudian kami dah berada dikamarnya. "sayang", panggilnya. Aku hanya tersenyum. Sementara dia melepaskan celana pendeknya dan berbaring di ranjang hanya mengenakan CD. "Nes, kesini dong". kontolnya yang besar dan panjang masih ngaceng dengan kerasnya. Aku tersenyum melihat posenya yang menantang di ranjang. Aku duduk disebelahnya dan dia langsung mencium bibirku dengan penuh napsu. Aku membalas lumatannya juga. "Nes, aku dah napsu banget nih", katanya sambil menciumi leherku. "Sama, Agnes juga napsu om". Dia mengusap2 punggungku dan mulai meremas2 toketku dari bajuku. Gak lama kemudian dia melepaskan baju dan celanaku.

sepertinya dia gak mau menyia2kan waktu sedikitpun. Aku sih ok saja karena sejak tadi CDku dah basah membayangkan nikmatnya dientot si om. Braku gak lama kemudian juga terlepas. Ciumannya menjalar menyusuri leher dan belakang kupingku. Aku menggelinjang kegelian, "Geli om ". Aku makin menggeliat ketika lidahnya menyelusuri toketku dan turun di belahannya. Dia terus memainkan lidahnya di toketku tapi tidak sampai kepentilku. "om diisep pentilku dong", aku mendesah2. Dia terus saja menjilati daerah sekitar pentilku, tapi pentilku tidak disentuh. Kemudian ciumannya turun ke arah perutku sambil tangannya mengusap2 daerah nonokku, CDku sudah basah karena napsuku sudah berkobar2. "Nes, kamu udah napsu banget ya, sampe CD kamu basah begini", katanya sambil meneruskan usapan. Aku gak tahan lagi, kepalanya kutarik dan kudekatkan ke pentilku. "Diisep dong om ", rengekku. Dia segera mengisap pentilku sambil meremas toketku. "Terus om , diisep yang keras om, enak om akh", erangku. Dia mengemut pentilku bergantian, demikian pula toketku diremas bergantian. Sesekali dielus2nya itilku dari luar CDku. Dia bangkit, melepas CDnya. kontolnya yang besar dan panjang sudah ngaceng dengan kerasnya. "Kont0l om besar dan panjang ya om , keras banget lagi", kataku sambil menciumi kontolnya dan mengenyot kepalanya. Kepalanya kemudian kujilati dan jilatanku turun ke arah bijinya. Seluruh kontolnya kujilati. "Enak Nes terusin dong emutannya", katanya. Kemudian dia memutar tubuhnya sehingga posisinya menjadi 69.

CDku langsung dilepas, "Ni jembut lebat banget", katanya sambil mengelus2 jembutku yang sudahbasah karena lendir nonokku. Dia mulai menjilati nonokku. "Enak om, terus", aku mengerang keenakan, dan makin menggelinjang ketika lidahku menyentuh itilku. kontolnya kuemut dengan keras, kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Akhirnya aku gak bisa bertahan lebih lama lagi, aku nyampe kerana itilku dikenyot2, "om , Agnes nyampe om , aakh". kontolnya terus kukocok dengan cepat dan keras. "Din, aku mau ngecret juga Din", katanya terengah. Segera kepala kontolnya kuemut lagi dan kukenyot dengan keras, aku terusmengocok kontolnya sampai akhirnya dia ngecret dimulutku. Banyak banget pejunya nyembur sampe meleleh keluar dari bibirku. kontolnya terus kukenyot sampe denyutan ngecretnya hilang baru kulepas. Pejunya kutelannya tanpa rasa jijik, "Nes nikmat banget ya emutanmu, pastinya emutan nonokmu lebih nikmat lagi ya", katanya terengah. "Peju om banyak banget si ngecretnya, stok brapa lama neh. Untung gak jadi odol om". Dia hanya tertawa sambil berbaring disebelahku, dipeluknya badanku. Belum dientot saja dia sudah ngasih aku ke kenikmatan.

Setelah itu kami membersihkan diri di kamar mandi. Didalam kamar mandi pun kami saling membersihkan badan. kontolnya mengeras lagi ketika kukocok2 pelan2, aku jongkok didepannya dan mengemut kontolnya lagi, langsung saja kontolnya ngaceng dengan kerasnya. Kepalaku bergerak maju mundur memasuk keluarkan kontolnya dimulutku. Dia gak bisa menahan diri lagi, langsung dia duduk di toilet, aku dipangku berhadapan, sambil mengarahkan kontolnya ke nonokku. Segera kontolnya nancep dinonokku, terasa sekali nonokku melebar untuk menampung kontolnya yang dienjotkan pelan2 sehingga makin nancep di nonokku, "Enak om, ssh". Aku mengenjotkan badanku maju mundur supaya kontolnya bisa nancep dalem di nonokku, diapun mengenjotkan kontolnya juga sehingga terasalah gesekan kontolnya dinonokku. Nikmat banget rasanya. Sedang nikmat2nya, dia berhenti mengenjotkan kontolnya. Aku disuruhnya memutar badanku tanpa mencabut kontolnya dari nonokku. Aku disuruh nungging sambil berpegangan di wastafel. Mulailah dia mengenjotkan kontolnya dari belakang. Sambil mengenjot, toketku yang mengayun2 seirama enjotannya kuiremas2. "Akh om , nikmat banget om . kont0l om nancepnya dalem banget om, Sesek non0k Agnes rasanya, gesekan kont0l om kerasa banget, enjot terus yang cepet om , Agnes udah mau nyampe lagi", erangku. "Cepet banget Din", katanya. "Abis nikmat banget sih kont0l om, jadi Agnes gak bisa nahan lagi", erangku. Dia makin cepat mengenjotkan kontolnya keluar masuk sampe akhirnya aku menggelinjang dengan hebat, "Akh om, Agnes nyampe lagi, Agnes lemes om ", erangku terengah2.

Bibirku langsung diciumnya dengan penuh napsu, lidahnya yang dijulurkan ke mulutku kuisep kuat2 juga. Dia melingkarkan tangannya di leherku dan langsung meremas2 toketku. Terasa kontolnya yang masih ngaceng menekan ke perutku. Dia terus saja meremas2 toketku, pentilku yang sudah mengeras langsung dijilati. Aku jadi menggelinjang kegelian. Jilatannya turun terus ke bawah, ke puserku dan terus menciumi daerah nonokku yang sudah basah. "Nes kamu sudah siap dientot lagi ya, udah basah begini", katanya. Dia membopongku sambil terus menciumi bibirku. Aku dibaringkan di ranjang, sambil terus menciumi seluruh tubuhku, napsunya makin berkobar2, berkali2 aku menggelinjang. Sambil mengulum bibirku, dia mengelus2 pinggulku, kemudian jarinya mulai mengilik nonokku dan akhirnya itilku yang menjadi sasaran. Aku mengangkangkan pahaku supaya dia mudah mengakses nonok dan itilku. Aku menggeliat2 saking napsunya. Jarinya makin cepet menggesek itilku, aku mengangkat2 pantatku karena sudah pengen banget dienjot, "Ayo dong om , Agnes dientot, udah pengen banget kemasukan kont0l om lagi", rengekku.

Dia kemudian menelungkup diatasku, kontolnya diarahkan ke nonokku dan kepalanya mulai nancep di nonokku, "Akh, enak om , masukin semuanya om ", lenguhku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, makin lama makin cepat dan akhirnya dengan satu enjotan keras seluruh kontolnya nancep semuanya di nonokku, "Akh, enak om , masuk semuanya ya om, non0k Agnes sampe sesek banget rasanya kesumpel kont0l om ". Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras. "Enak om, terus om, enjot yang cepet dong", rengekku terus. Setengah permainan dia mencabut kontolnya dari nonokku, "Kenapa dicabut om, belum nyampe", protesku. "Variasi dong", jawabnya sambil menjepitkan kontolnya yang keras banget di toketku. Aku menjepit kontolnya dengan toketku, dia bergerak maju mundur, menggesekkan kontolnya di toketku. Ketika dia memajukan kontolnya, kepalanya kuemut sebentar dan kemudian terlepas karena dia memundurkan lagi, terus seperti itu. "Enak Nes", erangnya.

Setelah puas menggesek kontolnya ditoketku, dia berubah posisi lagi. "Kamu sekarang diatas ya Nes", katanya sambil berbaring. Segera aku menaiki badannya dan menempatkan kontolnya yang ngaceng tegak di nonokku. Aku menurunkan nonokku pelan2 dan bles, kontolnya mulai ambles di nonokku, "Akh, enak banget om ", lenguhku. Aku menaik turunkan pantatnya dengan cepat sehingga kontolnyapun makin cepat terkocok2 didalem nonokku, nikmat banget rasanya. Dia pun melenguh, "Enak Nes, terus yang cepet". Aku merunduk dan mencium bibirnya, dia memeluk punggungku sambil gantian mengulum bibirku sambil meremes2 toketku yang berguncang2 seiring dengan naik turunnya badanku mengocok kontolnya. Pentilku diplintir2. Aku makin bernapsu mengocok kontolnya dengan nonokku. Dia memegang pinggulku sementara aku terus mengocok kontolnya. Kocokanku makin kencang, "om, Agnes sudah mau nyampe nih", kataku terengah. Dia meraba itilku dan dikilik2, ini mempercepat proses aku nyampe, "Akh, om , Agnes nyampe, akh nikmatnya", lenguhku dan aku ambruk menelungkup dibadannya. Dia mengeluarkan kontolnya dari nonokku, masih perkasa kontolnya. Kemudian kontolnya kuciumi dan kepalanya kuemut, kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dalam mulutku. kontolnya terus kuemut sambil dikeluar masukkan di mulutku, batangnya kukocok2 dengan cepat. "Akh enak banget Nes", erangnya. Cukup lama aku mengemut kontolnya, rupanya karena sudah ngecret 2 kali, dia bisa bertahan lama sekali. kont0l kukeluarkan dari mulutku dan aku disuruh nungging dipinggir ranjang.

Dari belakang sambil berdiri dia mencolokkan kontolnya lagi kedalam nonokku, sekali enjot kontolnya sudah amblas semua ke nonokku, "Akh, enak banget om", erangku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, karena berdiri enjotannya menjadi lebih keras dan lebih cepat, nikmatnya gak terlukiskan dengan kata2. Dia meraba2 lubang pantatku, kemudian jarinya ditusuk2kan kepantatku. "om sakit", protesku. Dia berhenti menusuk2 pantatku, pinggulku dipegangi sambil mengenjotkan terus kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Dia membungkuk dipunggungku supaya bisa meremes2 toketku yang berguncang2 seirama dengan sodokannya. Pentilku kembali diplintir2. "Enak om , terus enjotannya, Agnes udah mau nyampe lagi om ", erangnya. "Cepet kok Nes, aku
belum ngerasa apa2", katanya sambil terus mengenjot nonokku. Akhirnya aku tak bisa nahan lebih lama lagi, "om , Agnes nyampe om , akh", aku tersungkur diranjang karena lemes, kontolnya tercabut dari nonokku, masih keras dan berlumuran lendirku. Dia tidak memberi kesempatan aku istirahat, aku ditelentangkan dan kont0l dimasukkan lagi ke nonokku, terus mulai dienjot lagi keluar masuk dengan cepat dan keras. "om , kuat amat sih kontolnya, Agnes udah lemes om , abis udah 2 kali nyampe", lenguhku. Dia tidak memperdulikan lenguhanku, terus saja kont0l dienjotkan keluar masuk. Makin lama enjotannya makin cepet dan keras, aku sudah pasrah saja telentang keenakan. Toketku diremes2 sambil memlintir2 pentilku, akhirnya "Nes aku ngecret", dan pejunya menyembur dinonokku. Aku memeluk dan mengelus2 punggungnya. "om, nikmat banget ngent0t dengan om , istirahat dulu ya om , Agnes udah lemes banget", dia mencabut kontolnya dan rebah disebelahku. Tak lama kemudian kami tertidur kelelahan.

Ketika terbangun, dah lewat magrib. Terasa lapar juga karena kerja keras kali ya. Om Roy ngajakin aku keluar cari makan. SEgera aku mandi dan mengenakan pakeanku lagi. "wah jadi gak ganti baju nih ya". "abis gak tau si kalo om mo ngajakin berebagi kenikmatan, kalo tau Agnes bawa baju ganti. Lagian abis makan Agnes kan mo pulang, om, besok kan kerja". "Kamu mau gak nemein aku semaleman Nes, nanti kita beli baju deh bguat kamu pake kerja besok. Kamu ngekos kan, jadi gak da yang nyariin kan?". "Om belon puas ya". "Masi au lagi Nes, non0k kamu nikmat banget empotannya, kamu blajar diaman si". "Agnes ikutan senam bl om". "Gak heran empotan kamu brasa banget. Mau ya nemeni aku semaleman". Aku emnggangguk, dia mengajak aku ke mall untuk belanja pakean untuk aku kerja besok, baeknya ukuran badanku standard sehingga bisa mendapatkan pakean yang pas buat aku. Dia membayari semua belian pakeanku, luar dalem. Setelah itu baru kita cari makan. Dia pesen sate kambing dan beberapa makanan laen di food court mal itu. "wah mo all nite long nih". "Iya lah, mumpung ditemeni kamu". "Agnes mau kok om kapan2 nemeni om lagi, gak bisa dirumah kan bisa cek in hotel om". "iya ya, nanti deh kita cari kesempatannya. Kamu mo nasi pa lontong". "Kan dah ada lontong om, gede panjang dan keras banget lagi". Dia tertawa mendengar guyonan mesumku. Selesai makan dengan santai, kita kembali ke rumahnya.

Dia mengambilkan can soft drink dingin, dibukakan untukku. Aku meminumnya.
Dia memelukku. Aku diciumnya sambil segera meremas2 toketku kembali. Segera aku kutelanjangi, toketku diciumi dan pentilku diemut2, segera saja pentilku mengeras. Dia segera saja mengiliki2 itilku."om , kok napsu banget sih sama Agnes", tanyanku. "Abis ngent0t sama kamu nikmat banget sih", jawabnya. "Agnes kan juga dapet nikmatnya dipatil lagi sama kont0l om ", kataku. Kemudian dia melepas semua pakeannya. kontolnya sudah ngaceng dengan keras. Dia duduk di ubin di depanku, kakiku dikangkangkan. Badanku diseret sehingga aku setengah rebah di dipinggir sofa. Lidahnya mulai menggesek nonokku dari atas ke bawah. Itilku menjadi sasaran berikutnya, dijilat, dihisap, kadang digigit pelan, dijilati lagi, "om , enak banget om , terus om ", erangku. Dia terus menjilati itilku sampe aku nyampe. "Akh om , belum dientot Agnes sudah nyampe, om lihai banget deh makan nonok Agnes", kataku. Dia berdiri, aku ditarik supaya duduk. kontolnya tepat ada dimukaku, segera saja kugenggam dan kuemut kepalanya. Aku mulai mengeluar masukkan kontolnya sambil batangnya kukocok2 dengan cepat dan keras. Dia mengejotkan kontolnya pelan dimulutku seperti sedang mengentoti mulutku.

Beberapa saat kemudian, dia berbaring disofa, aku segera menaiki badannya dan menancapkan kontolnya di nonokku, kusentakkan badanku kebawah dengan keras sehingga sebentar saja kontolnya udah nancep semua di nonokku. Aku menaik turunkan pantatku dengan cepat sehingga kontolnya terkocok oleh nonokku dengan cepat juga, "Akh nikmat banget Nes", erangnya. Dia menahan badanku sehingga aku berhenti mengenjot. kont0l dikeluarkan dari nonokku, aku disuruh telungkup menungging di sofa dan kembali kont0l ditancapkan ke nonokku dari belakang. Bles, kontolnya langsung saja nancep semuanya ke nonokku, "Akh, nikmatnya,", kali ini aku yang menggerang. Dia langsung mengenjot nonokku dengan cepat dan keras. Terasa sekali kontolnya menggesek nonokku, kalo dienjotkan dengan keras terasa kontolnya nancep dalem sekali di nonokku. Makin cepat dienjot makin nikmat rasanya. Tiba2, "akh om , Agnes nyampe, om " , aku meledak juga akhirnya. Dia terus saja mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat sampe akhirnya kembali dia ngecret, "Nes, aku ngecret, nikmat banget rasanya Nes", terasa kembali pejunya membanjiri nonokku. "om, Agnes lemes banget om , baru sampe rumah udah dientot lagi. om gak ada matinya ya", kataku sambil tersenyum. "Ya udah kita mandi dan terus tidur", jawabnya sambil masuk ke kamar mandi. Aku berbaring saja di sofa sambil istirahat. Selesai mandi, dia keluar masih bertelanjang bulat. Giliranku mandi. Selesai mandi, dia sudah berbaring diranjang dikamarnya, aku berbaring disebelahnya. tak lama kemudian aku tertidur.

Ketika terbangun, dia gak ada diranjang. Aku bangun ke kamar mandi, pipis.muka kubasuh dengan air dingin. Seger sekali rasanya. Rupanya dia ada di pantri dilantai bawah sedang menyeduh kopi dan menghangatkan makanan di microwave. Aku duduk di meja makan. "Nes, kalo laper lagi, masih ada nasi goreng yang semalem aku beli sekalian. Dah aku angetin nih, kan mo kerja keras lagi. kita masih mau satu ronde lagi kan". Aku hanya tersenyum mendengar kata2nya, aku mengunyah nasi goreng yang dibelinya dengan tenang. Sehabis mengisi perut, dia langsung menarik tanganku kembali ke ranjang di kamar. Aku dipeluk, segera saja dia meremas2 toketku sambil mencium bibirku dengan gemasnya. Pentilku diplintir2nya pelan, napsuku segera saja berkobar, pentilku segera mengeras. Aku tidak tinggal diam, kontolnya yang sudah ngaceng keras sekali kukocok2. "Agnes isep ya om ", kataku sambil mengubah posisi mendekati kontolnya. Kepala kontolnya kujilati kemudian pelan2 kumasukkan ke mulutku. kontolnya kukulum2, kukeluar masukkan di mulutku. "Enak Nes", erangnya. Kemudian dia menarik aku kembali kepelukannya. Bibirku kembali dilumat, aku membalas lumatannya, sementara dia terus saja meremas2 toketku. Tangannya kemudian mengarah kebawah, itilku menjadi sasaran berikutnya. "Akh om, enak", erangku. Dia menciumi leherku, terus kebawah mengemut pentilku bergantian, aku terus mengerang keenakan. Ciumannya terus mengarah kebawah, berhenti di puserku sehingga aku menggelinjang kegelian, "Geli om", kataku manja. Akhirnya sampailah ciumannya pada sasaran sesungguhnya, non0k dan itilku. Jilatannya segera menyerbu itilku. Aku sudah mengangkang selebar2nya supaya dia mudah menjilati itilku. Dia meletakkan bantal dibawah pinggulku. "Buat apa om, kan kont0l om panjang. Gak usah diganjel masuknya juga dalem banget", tanyaku. Dia tidak menjawab, terus saja menjilati itilku yang makin terexpose karena ganjelan bantal itu. Aku jadi tau kenapa dia mengganjal pantatku dengan bantal, supaya dia mudah menjilati itilku. Jilatannya berubah menjadi emutan, itilku diemut2nya pelan. Aku menjadi makin blingsatan. "Akh om , Agnes udah pengen dientot, om .Masukin dong kont0l om ", erangku.

Dia menghentikan emutannya, aku dinaikinya dan mengarahkan kontolnya ke nonokku. Dia menggosok2kan kepala kontolnya di nonokku yang sudah basah banget, "Ayo dong om , tancepin aja semuanya", erangku gak sabar. Aku makin menggelinjang karena gosokan kontolnya itu. Pelan2 dimasukkannya kontolnya ke nonokku. Dia menekan kontolnya masuk sedikit2 demi sedikit. Karena ganjalan bantal, kontolnya jadi lebih mudah nancep. "Akh, ssh, enak banget om , tancepin aja semuanya sekaligus sampe mentok", kataku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk pelan sehingga sedikit demi sedikit kontolnya nancep makin dalem aja. Enjotannya makin cepat dan dengan sekali hentak kontolnya ditancepkan semuanya ke nonokku, "Akh enak banget om", erangku. Dia terus saja mengenjotkan kontolnya dengan keras dan cepat, "Enak om, terus om, yang cepet, Agnes udah mau nyampe om ", erangku terengah2. Tau aku udah mau nyampe, dia mempercepat enjotan kontolnya, setiap enjotan langsung menancapkan kontolnya dalam2 dinonokku. Pantatku menggeliat2 tidak teratur saking nikmatnya. Akhirnya aku sampe juga. Kakiku segera membelit kakinya, aku memeluk punggungnya, "om, Agnes nyampe, akh, ssh, enak banget om ", jeritku keenakan. Dia terus saja mengenjotkan kontolnya keluar masuk setelah aku meletakkan kakiku diatas ranjang lagi, rasa nikmat membuatku terkapar, napasku tersengal2. Dia tidak peduli dengan kondisiku, tetap saja kontolnya dienjotkan dengan cepat dan keras. Sebentar kemudian napsuku sudah bangkit lagi, aku mulai menggeliat2kan pantatku.

"Nes ganti posisi yuk", katanya sambil mencabut kontolnya dari nonokku. Aku disuruhnya menungging dipinggir ranjang. Dia berdiri dibelakangku dan menancapkan kontolnya dinonokku. Sekali sodok, kontolnya sudah nancep sampe pangkalnya. Sambil berdiri dia mengenjot nonokku. kontolnya bergerak keluar masuk nonokku dengan cepat dan keras. Enjotannya lebih terasa keras karena dia berdiri sehingga tenaga enjotannya menjadi lebih besar. "Akh om , enak banget, enjotan kon tol om terasa banget keluar masuk non0k Agnes, terus om , ssh", erangku. Dia mempercepat enjotan kontolnya, "Nes, aku udah mau ngecret Nes", katanya. "Iya om , Agnes udah mau nyampe lagi, barengan ya om ", jawabku. Dia mengenjotkan kontolnya dalem2 dengan keras, "Nes, aku ngecret, akh, ssh", erangnya. Terasa semburan pejunya di nonokku sehingga akupun nyampe lagi untuk kesekian kalinya. "om, Agnes juga nyampe om, akh nikmat banget om ," jeritku. Dia menelungkup diatas punggungku sehingga aku rebah keranjang. kontolnya tercabut dari nonokku. Dia berguling dan berbaring disebelahku yang masih nelungkup. "om , nikmat banget deh enjotannya kalo om ngenjotnya sambil berdiri", kataku. Dia hanya tersenyum. Dia bangun ke kamar mandi, pipis. Kembali ke ruangan dia mengambil air dingin di lemari es, diminum habis segelas, dia mengisinya lagi dan diberikan kepadaku yang masih terkapar kelelahan. "Hebat om ya, kuat banget ngent0tnya", kataku. "Kamu juga hebat Nes, napsu kamu cepet sekali berkobar, kayanya kamu gak puas2 ya makan kontolku". "Mana bisa puas om , kan gak tiap hari non0k Agnes keiisi kont0l om , mumpung ada kesempatan ya dituntasin aja". "Enak Nes, empotan non0k kamu kerasa banget, lihai kamu ya Nes". Berakhirlah sudah malam penuh kenikmatan dengan si om. "om , kapan Agnes dientot lagi". "Nanti kalo ada kesempatan lagi ya sayang". Aku segera bebersih, mengenakan pakean yang dia belikan semalem, "Makasi buat segalanya ya om". Dia menandatangani faktur pembelian, dan menyerahkan uang cash untuk pembayaran vitamin tulang. dia mengecup bibirku dengan mesra sebelum aku meninggalkan rumahnya.

Rani, Kekasihku

Hai, namaku Anggi. Aku adalah murid salah satu SMU Swasta. Aku duduk di kelas satu dengan umur 16 tahun. Aku termasuk pintar di antara teman-temanku. Kata teman-temanku, aku termasuk cantik. Sebenarnya aku juga merasa begitu sih. Habis kalau aku lewat, banyak teman-teman cowok yang memandangiku dengan tatapan yang penuh gairah birahi. Aku juga mempunyai bentuk tubuh yang ideal. Aku cukup tinggi atau mungkin terlalu tinggi. Tinggiku 173 cm dengan berat badan 45 kg. Rambutku sebenarnya panjang namun baru-baru ini aku memotongnya hingga sebahu. Dengan penampilan baru ini, aku semakin menjadi perhatian teman-temanku. Dadaku tidak terlalu besar namun padat. Ukuran bra 32B. Kulitku putih mulus tanpa ada cacat. Aku sendiri sebenarnya mengagumi bentuk tubuhku ini. Aku termasuk aktif di sekolah. Itulah pula yang menyebabkanku populer. Pergaulanku pun menjadi luas. Sebenarnya di kelasku ada 5 orang yang juga cantik. Bahkan ada yang lebih menarik dariku.

Ketika itu, aku sedang berjalan-jalan di mall dengan Rani. Rani adalah teman sekelasku yang termasuk dalam 5 orang cantik di kelas. Dia cantik dan manis. Rani sangat berbakat dalam bermain basket. Dia termasuk pemain inti. Apalagi tubuhnya yang tinggi menunjang kegiatan tersebut. Rani bahkan lebih populer dibandingkan denganku. Kulitnya tidak terlalu putih namun mulus. Rambutnya lebih pendek dari rambutku. Aku adalah teman baiknya. Kami sering berjalan-jalan bersama, seperti sekarang kami sedang menonton film Love Stink. Kami pun terpingkal-pingkal melihat aksi film itu yang konyol. Sering pula kami tertawa kecil melihat adegan-adegan yang agak porno. Selesai menonton, kami pun keluar dari bioskop. Jam Hello Kitty-ku sudah menunjukkan angka 8 ketika kami akan pulang dari mall. Aku meminjam HP Siemens Rani untuk menghubungi rumahku. Aku meminta orang tuaku untuk menjemputku. Namun ternyata mereka tidak dapat menjemputku. Setelah berunding, akhirnya diambil keputusan, aku menginap di rumah Rani. Hal itu bukan yang pertama bagiku. Akhirnya aku ikut Rani ke rumahnya.

Rumahnya tidak terlalu besar namun sangat nyaman. Orang tua Rani sudah kenal baik denganku. Pulang dari mall, kami segera masuk ke kamar Rani. Kami ngobrol dengan bebasnya sampai kami diundang oleh orang tua Rani untuk makan. Seusai makan, kami mandi untuk membersihkan badan. Kami segera mengenakan pakaian tidur. Rani meminjamkan baju Hello Kitty warna pink dan celana pendek warna merah kepadaku. Rani sendiri mengenakan baju tidur kesukaannya yang berwarna biru.Kami membicarakan tentang film tadi. Kuperhatikan tubuhnya yang dibalut baju kesukaannya. Kadang-kadang aku iri dengan dirinya. Dia memang tidak pintar namun dia lebih populer dariku.

Setelah lama kuperhatikan ternyata dia tidak mengenakan BH. Kemudian kupandangi bagian depan tubuhnya dan ternyata memang dadanya lancip. Terlihat samar-samar puting susunya. Aku memang belum pernah melihat tubuh Rani secara langsung. Rani tampaknya tidak menyadari sama sekali bahwa aku sedang mengamatinya. Kami terus membicarakannya sampai mengantuk. Dan akhirnya kami tidur. Kami tidur di satu ranjang karena ranjang Rani termasuk lebar. Tengah malam kurasakan ada seseorang yang meraba-raba tangan dan pahaku. Aku terbangun dan menemukan Rani sedang di atas tubuhku. Dia terlihat sekali sedang terangsang. Mungkin film yang tadi siang kami tonton telah membangkitkan imajinasinya.

Menerima perlakuannya yang terus-menerus, akhirnya aku pun terangsang. Kubalas perlakuannya dengan mencium mulutnya yang mungil. Kubiarkan lidahku beradu dengan lidahnya di dalam mulut kami. Tanganku pun mulai menjelajah ke dalam balik bajunya. Kubuka bajunya dan kutemukan sepasang bukit kembar yang ternyata besar dan kenyal tanpa terbungkus oleh BH. Harus kuakui bahwa ternyata bentuk payudaranya lebih bagus dari milikku. Payudaranya telah menegang. Rani pun telah melepas bajuku dan kini dia sedang menciumi payudaraku. Aku mengeluarkan rintihan-rintihan kecil. Rani sangat ahli dalam melakukannya. Dia mencium perlahan dadaku, lalu memuntir-muntir puting susuku, menggigitnya perlahan. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kudapatkan sebelumnya. Aku memang belum pernah melakukan hubungan seks dengan cowok apalagi dengan cewek. Bermasturbasi saja aku belum pernah.


Aku pasrah saja terhadap arus kenikmatan yang diberikan Rani. Rani yang melihat ketidakberdayaanku pun menggencarkan serangannya. Sampai akhirnya Rani menghentikan ciumannya, dan mulai membuka celana tidurku. Lalu terlihatlah gundukan hitam di dalam celana dalamku. Rani membelai perlahan celana dalamku itu. Ketika belaiannya mengenai kemaluanku, kurasakan sensasi yang sungguh sangat luar biasa. Apalagi setelah itu Rani melepaskan celana dalamku dan membelainya tanpa dihalangi apapun. Tak ada kata yang mampu melukiskan betapa nikmatnya sensasi tersebut. Aku menggelinjang terus kenikmatan.

Belaian itu semakin cepat dan cepat. Begitu ahlinya Rani melakukannya sampai-sampai aku lalu merasakan dorongan dari dalam tubuhku. Aku membusurkan badanku untuk menahan gejolak yang membara dalam diriku. Aku merasa lemas dan baru kusadari bahwa keringat telah membasahi permukaan kulitku. Rani membiarkanku merasakan orgasmeku yang pertama ini selama beberapa saat. Lalu Rani mendudukanku, membuka kedua pahaku dan menahannya dengan tangannya. Rani menjulurkan lidahnya untuk meraih kemaluanku di depan wajahnya. Aku mengerang kenikmatan. Namun Rani tak menghiraukannya. Ia terus menikmati kemaluanku.

Lidahnya masuk ke dalam kemaluanku dan mencari-cari daging kecilku. Setelah menemukan G-Spot-ku, ia menjilatnya dan menghisap-hisapnya. Sungguh kacau perasaanku saat itu, tak dapat kukatakan betapa nekatnya perlakuan Rani itu. Tak lama kemudian, akhirnya aku kembali mengejang dan kemaluanku mengeluarkan cairan kenikmatan untuk yang kedua kalinya. Kali ini Rani terus melahap kemaluanku dan menelan semua cairan yang kukeluarkan. Rasanya sungguh aneh namun nikmat. Lalu, tangan Rani kembali bermain, dimasukkannya sebuah jari ke dalam milikku. Kurasakan sakit yang melanda kemaluanku. Jari itu keluar masuk perlahan, namun temponya bertambah cepat. Ketika Rani menambah jumlah jarinya yang masuk, kurasakan kemaluanku berdenyut-denyut menjepit kedua jari Rani. Aku sunguh-sungguh terbius oleh kenikmatannya kali ini. Nafasku semakin memburu, beradu dengan kecepatan tangannya. Nikmatnya membuatku tak dapat bertahan lama.

Akhirnya aku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. Kali ini, Rani melahap semua cairanku dan mencium bibirku untuk membagi cairan kenikmatan tersebut. Setelah membantuku mengalami tiga kali orgasme, Rani memintaku untuk memuaskannya. Kuarahkan ciumanku ke arah dadanya dan kuperlakukan dadanya seperti apa yang ia lakukan padaku. Lalu sambil menciumi dadanya, kujelajahkan tanganku ke daerah bawah tubuhnya. Lalu tanpa membuka celananya, kutempatkan tanganku di tengah-tengah pahanya. Kurasakan celananya sudah basah oleh cairan. Kugesek-gesekkan tanganku di sana. Lalu kulepaskan celananya dan kuciumi kemaluannya. Rani terus mengerang tanpa henti. Dia terus menarik rambutku. Aku berusaha menemukan klistorisnya. Kuhisap-hisap klistorisnya ketika kutemukan daging kecil itu. Kugigit-gigit kecil tonjolan itu. Ketika sedang enak-enaknya menghisap, tiba-tiba badan Rani mengejang. Wajahku yang berada di antara pahanya pun tersembur cairan itu. Kulahap semua cairan itu dan kumasukkan ke mulut Rani melalui French Kiss.

Kubuka kedua bibir kemaluan Rani yang basah itu lalu dimasukkan jari tengahku ke dalamnya. Kumasukkan perlahan karena takut Rani kesakitan. Benar saja, Rani sudah kesakitan. Jariku serasa dijepit oleh kemaluannya. Aku dapat merasakan denyut kemaluannya. Kugerakan keluar masuk dengan perlahan dahulu, namun ketika Rani sudah tidak merasa kesakitan, kupercepat tempo permainan. Lalu Rani menyuruhku ikut memasukkan jari telunjukku. Walaupun sudah dua jariku berada di dalam kemaluannya, Rani tak kunjung mendapatkan klimaksnya. Padahal aku sudah melakukannya dengan kecepatan yang tinggi. Rani kulihat sudah sangat tersiksa dengan keadaannya. Wajah Rani saat itu tak mungkin kulupakan. Wajahnya sungguh sangat berbeda dengan wajahnya yang biasa. Wajahnya sungguh merangsang. (Mungkin bila ada cowok yang melihatnya mungkin penisnya sudah tegang maksimal).

Setelah sekian lama, akhirnya Rani mencapai klimaksnya juga. Cairan yang keluar dari kemaluannya sangat banyak. Kali ini aku melahapnya semua. Kami duduk saling menatap. Kulihat tubuh Rani berkeringat di bagian dadanya. Rupanya dia sangat capai. Semakin kuamati tubuhnya, semakin ada perasaan aneh menjalar di hatiku. Aku masih belum sadar apa yang terjadi padaku saat itu. Sekian lama hening, Rani mengambilkan handuk untukku. Aku sungguh senang dengan sikapnya itu apalagi Rani sendiri yang mengusap keringat di tubuhku. Aku merasa aman, dilindungi. Setelah itu, Rani membelai rambutku dan aku pun bersandar pada dadanya. Tak terasa, kami pun tertidur sampai pagi.

Pagi harinya, ketika aku bangun, kulihat Rani masih tertidur lelap di sampingku. Wajahnya menunjukkan perasaan puas dan senang. Aku berusaha keluar dari tempat tidur perlahan karena tak ingin membangunkan Rani. Aku pakaikan selimut ke tubuhnya yang polos itu. Lalu aku segera mengenakan pakaianku dan keluar untuk menemui kedua orang tuanya. Ternyata kedua orang tuanya pergi menginap ke Bandungan kemarin malam. Aku merasa lega, karena aku sempat takut perbuatanku tadi malam diketahui oleh orang tua Rani. Tadi malam jeritanku dan Rani cukup keras untuk didengar orang rumah. Aku segera masuk kembali ke kamar, namun aku tidak menemukan Rani di ranjang. Pakaian Rani yang terjatuh di lantai pun sudah tidak berada di tempatnya. Lalu aku mencarinya ke halaman belakang rumah yang terdapat ring basket. Di sanalah Rani berada.

Rupanya Rani sedang berolahraga. Rani memanggilku untuk berolahraga bersamanya, namun aku menolaknya. Aku hanya memandangi Rani dan tubuhnya dari pinggir lapangan. Tak lama kemudian, kami pun masuk kembali ke dalam rumah. Aku ingin mandi terlebih dahulu sebelum makan, maka kukatakan pada Rani agar dia makan dahulu. Rani pun mengiyakan. Aku segera masuk ke dalam kamar mandi mewah di kamar Rani. Kamar mandi itu sungguh mewah. Dindingnya berwarna krem, bath up-nya luas, cukup untuk menampung 3 orang. Aku ingin sekali memiliki ruang mandi seperti itu. Aku segera melepas seluruh pakaianku dan bersiap untuk mandi. Kunyalakan air panas di bath up. Aku ingin sekali berendam di air panas. Sambil menunggu air panas, aku berdiri memandangi cermin di depanku. Tanpa sadar, kupegang bagian tubuh yang kubanggakan ini. Kucoba membandingkannya dengan milik Rani. Aku menjadi teringat akan kejadian tadi malam. Tubuh mulus Rani, sentuhan tangan Rani, permainan lidah Rani. Mengingat semua hal itu, membuat tubuhku merasa panas. Kucoba mengalihkan perhatianku dengan merendam tubuhku di bath up yang sudah terisi separuhnya. Kumatikan aliran air, sehingga kini tidak ada bunyi apapun di kamar mandi tersebut, kecuali bunyi air yang kutepuk-tepuk.

Aku segera melupakan masalah tadi. Tiba-tiba kudengar bunyi derit pintu dibuka. Ternyata aku lupa mengunci pintu kamar mandi. Aku segera tahu siapa yang membuka pintu, karena ada suara lembut yang terucap dari si pembuka pintu. Rani rupanya menanyakan apakah ia boleh mandi bersamaku. Entah sadar atau tidak, aku menganggukan kepalaku. Rani mulai melepas pakaiannya. Mulai dari bajunya. Gaya Rani ketika melepas bajunya rupanya mampu menimbulkan gejolak di hatiku. Tubuh bagian atas Rani kini sudah tidak berbalut apapun. Lalu tangannya mulai merambah perutnya terus ke bawah. Diturunkannya perlahan celananya dan tampaklah kini gundukan hitam di tengah-tengah selakangannya. Kini Rani berjalan ke arahku dan mulai memasuki bath up bersamaku. Dia mengambil tempat tepat di depanku. Rani menyelonjorkan kakinya dan mulai menikmati nikmatnya air panas. Rani sekali-kali menatap tubuhku dengan pandangan yang berbeda dari tatapannya yang biasa. Tak jarang kami bertemu pandang, namun Rani cuek-cuek saja.

Aku sebenarnya senang-senang saja dipandangi oleh Rani karena aku juga senang bisa melihat tubuhnya. Timbul pikiran di otakku, untuk merangsang Rani. Aku sangat ingin menikmati kenikmatan seperti yang dia berikan tadi malam. Aku mulai mencoba gerakan-gerakan yang dapat merangsangnya. Kupegang-pegang dadaku dan mendesah halus. Lalu kulebarkan kedua kakiku. Rani menangkap isyaratku. Dia mendekatiku dan mencium bibirku. Lumatan bibirnya yang hebat sungguh membuatku tak ingin kalah. Kucoba mengimbangi ciuman Rani. Lidah kami saling beradu di dalam mulutku. Tak hanya itu, tangannya sudah mulai merambah ke dadaku. Aku juga memainkan kedua bukit kembarnya. Lalu aku menurunkan ciumanku ke lehernya. Rani mendesah-desah kecil. Ketika ciumanku sampai di dadanya, kurasakan nafas Rani sudah tidak beraturan. Kujilati seluruh bagian payudaranya, kupermainkan putingnya dengan lidahku. Payudara Rani sudah mulai mengeras, bentuknya pun menjadi lebih indah dan kini payudaranya sudah mengacung tegak. Aku lebih bernafsu untuk merasakannya.  
Kuturunkan lagi ciumanku ke bagian kemaluannya. Kujilati bibir kemaluan Rani, lalu kumasukkan lidahku ke bagian dalamnya. Kucari-cari klistorisnya di setiap dinding kemaluan yang terkena lidahku. Sampai akhirnya aku menemukan apa yang kucari. Kuhisap-hisap daging kecil itu dan kugigit-gigit kecil. Nafas Rani kian memburu. Sampai suatu saat, pahanya menjepit kepalaku dan badannya mengejang. Desahan Rani mencapai puncaknya. Cairan hangat tersembur dari dalam kemaluannya. Kutelan semua cairan tersebut. Rani mengajakku untuk bermain di lantai. (Lantai kamar mandi Rani tidak terlalu keras)

Rani terlentang di lantai dan aku di atasnya. Kini aku menciumi kemaluan Rani, dan Rani juga melakukan hal yang sama denganku. Rani sangat ahli melakukannya. Kombinasi jilatan, hisapan, gigitan Rani mampu membuatku keluar terlebih dahulu. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Cairan hangat meleleh dari kemaluanku. Rani menghisapnya lalu memberikan kepadaku dengan ciuman. Kami pun kembali pada posisi semula. Kali ini kami saling memasukkan dua buah jari. Kami mendesah panjang ketika lubang kemaluan kami diisi dengan jari-jari. Tempo permainan berjalan semakin cepat dan cepat. Kembali, aku keluar terlebih dahulu. Aku memang sangat mudah terangsang. Setelah aku keluar, Rani pun menyusul. Aku sungguh merasakan lelah. Aku menghentikan tusukanku pada Rani. Namun Rani masih terus memainkan jarinya. Kali ini Rani menusukkan jarinya ke lubang anusku. Aku merasakan sakit yang luar biasa, ketika jari tengah Rani menembus perlahan.

Rani pun menggerakkannya perlahan-lahan saja. Anehnya walaupun sakit, aku justru mendapatkan rasa nikmat. Aku tak ingin Rani menghentikan perlakuannya itu. Cukup lama waktu yang diperlukan Rani untuk membuatku mendapatkan orgasme. Namun akhirnya aku mencapainya juga. Kami beristirahat sebentar. Kemudian, Rani mengaitkan kakinya dengan kakiku sehingga kemaluan kami saling menyentuh. Lalu Rani menggesek-gesekkannya. Cara Rani ini berhasil membangkitkan gairahku sekali lagi. Aku pun ikut menggesek-gesekkannya. Desahan ikut mengiringi kecepatan kami. Bunyi permainan kami mampu disamarkan bunyi kran air yang tadi sempat dinyalakan Rani. Tak lama, kami keluar bersama. Ini sungguh nikmat.

Perasaanku menjadi sangat nyaman, damai dan puas. Setelah itu, Rani membawaku ke bath up dan memandikanku. Aku semakin sayang kepada Rani. Rani mengajariku segalanya mengenai seks. Rani juga menceritakan bahwa sebelum berhubungan denganku, dia juga pernah melakukannya dengan 2 cewek untuk beberapa kali. Pengalaman itulah yang membuat Rani mengerti tehnik dan cara untuk memuaskanku. Sejak saat itu, kami lebih sering terlihat bersama. Di sekolah, di mall, dll. Bisa dikatakan kami berpacaran. Kami sering mengulangi perbuatan itu di rumahku, di rumahnya, maupun di sekolah. Aku sangat menyukai tubuh Rani dalam seragam sekolah. Apalagi seragam sekolahku tipis. Biasanya kalau di kelas (kami duduk semeja), Rani memegang tanganku, meraba pahaku dan perbuatan lain yang mampu merangsangku. Aku pun biasanya menanggapinya. Bagiku Rani adalah kekasih yang mampu memberikan rasa aman pada diriku.

T A M A T
 

Awal Kenikmatan Di Pojok Sekolah

Sejak remaja aku sudah mengenal seks, bahkan pada masa masa sma aku sudah secara aktif berhubungan sex dengan berganti ganti pasangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa si karen bisa di 'Pake'.

Ah aku tidak perduli. Toh, tak ada keluargaku di kota kembang ini. Tak ada sanak saudara yang kukenal. Predikat pecun sudah melekat pada diriku sejak bulan bulan pertama ku di kota ini. Umurku masih 17 tahun ketika itu.

Adalah geng si Arman yang pertama kali mendekatiku, sejak aku bersekolah disana. Mereka duduk di kelas tiga saat itu. Kebiasaan mereka setiap sorenya jalan jalan seputar bandung untuk mencari 'bayur' (Sebutan untuk anak anak abg yang mau saja diajak bereksperimen)

Sore itu aku tengah menunggu angkot di dago, ketika Katana si Arman berhenti. Arman dan Surya di dalam mobil. Mereka menyapaku dan bertanya mau kemana. Yang kujawab bahwa aku ingin pulang. Singkat cerita mereka menawarkan tumpangan untuku.

Ah tentu saja aku tidak keberatan. "Karen duduk di depan aja yah" Surya berkata sambil membuka pintuk kiri, ia pun tidak turun dari kendaraan. Aku mengerti bahwa yang di maksud adalah duduk di pangkuan nya. "Soalnya di belakang berantakan tuh" Surya meneruskan.

Memang di jok belakang berserakan buku buku, tas dan gitar milik Arman. Aku mengangguk saja dan masuk ke dalam mobil duduk di pangkuan Surya. Ah sudah berbulan bulan aku merindukan sentuhan laki laki.

Sejak aku pindah dari pulau itu aku benar benar putus hubungan dengan Bagas dan teman temannya. Hampir 5 bulan tak ada laki laki yang menyentuhku. Duduk di pangkuan Surya saat itu membangkitkan birahiku, kubiarkan tangan nya memeluk erat perutku. Seperti tak terjadi apa apa kami tetap mengobrol normal, walau kurasakan penis nya di pantatku.

Kubiarkan semua perlakuan Surya sambil aku terus mengobrol dengan Arman yang pegang kemudi. Merasa aku tidak keberatan, Surya semakin berani. Terang terangan rok seragamku di singkapnya, payudaraku di remas nya. Sementara Arman hanya bisa menelan ludah melihat teman nya menggerayangi seluruh tubuhku.

Aku sendiri heran mengapa tidak ada rasa malu ketika satu persatu kancing kemejaku di buka. Ketika rok SMA ku di singkap. Semua terjadi begitu saja.

Akhirnya kami memutuskan untuk "mampir" di kost Arman. Bergantian mereka meniduriku. Satu menunggu diluar sementara yang lain bersamaku di kamar.

Sejak saat itu bisik bisik kudengar dari teman temanku yang lain bahwa kedua berandal ini tidak menganggap ini sebagai rahasia. Gosip pun menyebar. Hampir semua orang tau kalau aku bisa di 'Pake'

Nguping

Mike: San, kata si Arman lo udah make si Karen yah?
Sandy: Heheheheheh....
Mike: Beneran?
Sandy: Ho oh
Mike: Dari dulu gua udah nyangka tuh anak bayur
Sandy: Emang
Mike: Make, apa grepe grepe doang?
Sandy: Make, di kost gua. Si Arman juga
Mike: Masa sih?
Sandy: Yaelah bener.
Mike: Perawan ga?
Sandy: Kaga, udah jebol! tapi masih enak

(Mereka berdua tertawa)

Mike: Gimana ceritanya lo bisa pake dia?
Sandy: Waktu itu gua liat dia lagi nunggu angkot, kita ajak aja, pake mobil Arman. Lo tau kan si Arman bangku belakangnya penuh buku buku.
Mike: Terus?
Sandy: Gua bilang aja ke dia duduk nya di depan aja
Mike: Terus?
Sandy: Doi langsung ok. Duduk di pangku gua.
Mike: Gila! terus?
Sandy: Yah, gua grepe grepe aja.
Mike: Dia nya diem aja?
Sandy: Ho oh, ngobrol terus aja ama si Arman.
Mike: Lo grepe grepe dia nya diem aja?
Sandy: Diem, orang tangan gua, gua masukin ke dalem behanya aja dia diem aja.
Mike: Masa sih? Tangan lo masuk ke behanya? Itu di mobil?
Sandy: Iyah, Tanya aja Arman,
Mike: Gila...
(Mereka berdua tertawa)

Mike: Kebayang sih, tuh anak duduk nya aja ngangkang mulu emang gatel kayanya, ama gua mau ga ya dia?
Sandy: test aja
Mike: Iyah tar gua coba deh. Jadi penasaran gua. Dia tinggal dimana sih? katanya kost ya?
Sandy: Iya kost deket Unpad

Sejak saat itu Mike gencar mendekati ku. Sering senyum kepadaku jika kami berpas pasan di koridor sekolah.
Aku benar benar tidak tahu lagi harus menaruh mukaku dimana. Cowok cowok sih menanggapi ini dengan enteng. Namun teman temanku yang cewek menganggap kotor diriku. Ah susah untuk tidak perduli pada usiaku yang masih terlalu muda. Ya aku malu. Aku mulai menutup diri dari pergaulan, seringkali saat istirahat aku duduk sendirian entah di koridor depan kelas atau di kantin.

Sampai suatu ketika, aku sedang duduk sendirian di pojokan kantin tiba tiba Arman berbisik di telingaku "Karen, gue pengen banget nih" Aku terkejut bukan main, dia membungkuk di belakangku mukanya hanya beberapa senti saja dari pipiku.

Aku merasa wajahku merona merah. Aku diam saja sambil meminum minumanku. "Karen, tolongin gue dong, bener bener ga tahan nih" lanjutnya sambil terus berbisik. Entah mengapa aku terangsang hebat diperlakukan demikian. Tapi aku diam saja. Tanganku diraihnya. Setengah di tarik aku di bawanya ke gang sempit di belakang kantin itu.

Setengah lusin anak cowok kelas dua dan tiga sedang merokok disana. Gang ini memang menuju gudang sekolah yang memang tempat mereka diam diam merokok. Aku sendiri tidak pernah tau keberadaan gang ini. Aku menyembunyikan wajahku di belakang pundak Arman ketika melewati gang sempit itu. Tanganku masih di gandeng Arman. Suitan nakal dan godaan dari anak anak yang sedang merokok itu terdengar ketika aku setengah 'Diseret' melewati mereka.

Suitan suiatan dan sorakan kurang ajar masih terdengar sampai aku tiba di ujung gang yang buntu itu. Ternyata disana ada sebuah gudang tua. "Yo, kamu gila ya...?" Gua malu tau. Kataku. Namun Arman tidak memperdulikan. Di peluknya tubuhku. Tangan nya langsung meremas payudaraku dengan kasar.

"Yo, ini disekolah" kataku menolak. Namun aku tidak berusaha lari dari pelukan nya. Bahkan tangan nya tetap kubiarkan meremas dadaku. Dia sudah berhasil melepas beberapa kancingku dan tangan nya sudah masuk kedalam behaku. Aku menikmati sentuhan nya sementara mulutku tetap berkata lain. Arman pun semakin nekat.

Di dorongnya pundaku memaksaku berlutut. Ditekan nya kepalaku ke selangkangan nya. Berikutnya aku sudah memberikan oralku yang terbaik padanya. Tidak lama hanya beberapa menit. Sebelum bel istirahat berakhir kami sudah selesai. Maksudku Arman. Dan kami kembali melewati gerombolan anak anak nakal itu lagi. Kali ini mereka memandang takjub tanpa komentar.

Arman yang berjalan di depanku tersenyum senyum, sementara aku sekali lagi menyembunyikan wajahku di belakang pundaknya. Sejak hari itu predikat 'Bispak' (Bisa dipakai) melekat padaku. Semua orang tau. Semua orang menuding. Akupun tidak berani untuk meneruskan sekolah di sekolah itu.
Sejak kejadian di gang sempit itu, hari hari disekolah benar benar seperti neraka. Semua orang menudingku sambil berbisik bisik. Arman seakan tidak perduli, setiap istirahat tiba aku di bawanya ke gang itu. Sebenarnya aku tidak berkeberatan melakukan oral kepadanya.

Hanya saja tudingan orang orang lain ini yang membuatku benar benar menderita. Aku tidak tahan lagi bersekolah disana. Aku sudah tidak punya muka. Akhirnya kuputuskan untuk kabur.

Tapi kemana? Aku tidak punya apa apa. Neneku di pulau tentu akan sedih.

Akhirnya kupak semua barang barangku. Kubohongi neneku, untuk segera mengirim uang. Akupun meninggalkan bandung menuju jakarta. Di umur yang begitu muda aku ga tau lagi mau kemana. Sesampai nya di gambir aku bagai orang yang putus harapan.

Berjam jam aku terduduk di sebuah kantin di stasiun gambir. Tanpa harus tahu mau kemana. Sampai kulihat seorang perempuan muda bergelayut pada seorang oom oom. Umur perempuan itu kutaksir masih dua puluhan. Aku tidak ragu sedikitpun bahwa perempuan itu pelacur. Dari mulai pakaian sampai pembawaan nya menyiratkan demikian.

Rupanya dia hanya mengantar Nancy itu ke gambir. Karena beberapa saat kemudian perempuan itu di tinggalkan. Dia masih duduk beberapa lama lagi disitu. Matanya liar. Mungkin mencari mangsa baru. Beberapa kali mata kami bertemu. Dia sempat tersenyum dan aku pun senyum.

Dia menegurku dan bertanya kemana tujuanku aku hanya tersenyum. Kuberanikan diriku menghampirinya. Kukatakan aku ga punya tujuan. Kukatakan blak blakan padanya aku ingin kerja, kerja apa saja. Dia tertegun dan memperhatikan diriku.

Kukatakan padanya kalau dia bisa kasih aku pekerjaan uang nya boleh untuknya asal aku di beri tempat tinggal dan makan. Dia tertawa. Aku bilang padanya kalau aku serius. Dan dia tanya aku mau kerja apa. Aku katakan kepadanya aku ga perduli kerja apa. Apa saja aku mau. Kukatakan sambil berbisik bahwa aku tidak keberatan kalau aku harus melayani laki laki.

Dia tertegun. Diperhatikan nya tubuhku lekat lekat. Lalu dia tertawa. Suasana pun cair. Kami berkenalan. Namanya Mba Ely, dia seorang petualang. Hidup dari uang laki laki yang menidurinya. Setiap hari ia berpetualang dari satu diskotik ke diskotik lain. Seorang Single Fighter.

Diajaknya aku ke kostnya. Sebuah kamar kost yang mewah. Dengan pendingin ruangan, televisi dan stereo set. Ah rupanya seorang pelacur dapat hidup enak di Jakarta ini pikirku begitu aku sampai di kostnya.

"Kamu bener mau ikut aku?" akupun mengiyakan. Sejak hari itu kami berduet mengarungi jakarta. Dari satu diskotik ke diskotik lain. Kuberikan tubuhku kepada siapa saja yang berani membayar. Aku benar benar terjerumus kedalam lembah pelacuran.

February 28, 2011

Kado Istimewa dari Dini

    Hujan turun deras sekali penglihatan sedikit kabur karena kaca mobil tertutup embun yang menempel dikaca depan. AC kunyalakan walaupun udara terasa dingin menusuk tulang. Saat itu sudah jam 7.30 pagi, jadi sudah tak mungkin lagi menunda untuk berangkat kekantor apalagi jam 8.00 ada janji meeting dengan client.

    Mobil kujalankan pelan dan hati hati, maklum jalan di depan rumah tidak begitu lebar. Dari rumah ke jalan raya tidaklah begitu jauh setelah satu tikungan kekiri maka akan kelihatan sebuah kaca spion besar warna merah diperempatan jalan dan itulah jalan raya yang akan membawa arah perjalananku menuju kantor.

    Persis ditikungan sebelah kiri di depan sebuah wartel seseorang melambaikan tangan meminta aku berhenti untuk minta tumpangan. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena terhalang hujan yang sangat deras, tetapi dia berambut sebahu dan berseragam SMU.

    Mobil kupelankan, dan tanpa tunggu aba aba lagi dia lansung membuka pintu depan dan duduk disebelahku.

    “Maaf Om saya kehujanan, dari tadi nunggu angkot penuh melulu.. Ya dari pada terlambat terpaksa mobil Om kustop, sorry ya Om.”

    Dia berkata polos sambil mengibaskan rambutnya yang menempel di kerah baju karena basah.Sekilas tanpa sengaja tengkuknya kelihatan, putih.. Bersih.. Dan ditumbuhi rambut rambut halus yang mebentuk satu garis lurus ditengahnya.

    “Nggak apa apa kok, memang hujan hujan begini angkotnya jadi sulit, apalagi diujung jalan sana biasanya kan banjir, jadi sopir angkot jadi enggan lewat sini.”

    Aku menjawab seadanya sambil kembali konsentrasi melihat jalan yang sudah digenangi air hujan.

    “Om kantornya dimana,” dia memecah kesunyian.

    “Di daerah kuningan, memangnya kamu sekolah dimana,” aku bertanya sambil melirik wajahnya.

    Wow rupanya seorang bidadari kecil sedang duduk disebelahku, wajahnya sungguh cantik. Bibirnya tipis kemerahan, hidungnya runcing dan mancung sedangkan alis matanya hitam melengkung tipis diatas matanya yang bulat bersinar.

    Aku sedikit gugup dan kehilangan konsentrasi, mobil tiba tiba memasuki genangan air yang cukup dalam. Air terbelah dua dan muncrat kepinggir seperti gulungan ombak pantai selatan.

    “Hati hati Om, banyak genangan dan licin..! Kita bisa slip nih,” dia mengingatkan sambil menepuk pundakku.

    “I.. i.. ya” jawabku sedikit tergagap.

    “Kamu sekolah dimana,” kuulangi pertanyaan yang belum dia jawab sekedar menghilangkan rasa kaget dan gugup yang datang tiba tiba.

    Perempuan memang makhluk yang luar biasa, aku sudah terbiasa menghadapi banyak ragam perempuan, mulai dari yang centil di karaoke, yang kenes di bar-bar sampai mantan pacar dirumah, tetapi kok aku tiba tiba seperti menjadi seperti seekor tikus di incar kucing dihadapan seorang anak SMU. Aku merasa kehilangan bahan pembicaraan, padahal dikantor aku terkenal tukang bikin ketawa dengan omonganku yang suka ngelantur.

    “Di.. ” dia menyebutkan sebuah sekolah di daerah Mampang Prapatan.

    “O.. Kalau begitu kamu bisa ikut sampai timah, nanti tinggal nyambung naik metromini.”

    Rasa gugupku mulai hilang, pengalaman sebagai tukang cipoak berhasil mengontrol dan mengembalikan rasa percaya diriku.

    “Makasih Om, kalau sudah sampai situ sih.. Gampang, jalan kaki juga nggak jauh kok.”

    “E.. ngomong ngomong kamu tinggal dimana sih, kok rasanya saya nggak pernah lihat kamu selama ini.”

    “Terang aja nggak pernah Om, orang aku baru pindah kok. Dulu aku sekolah di Bandung sama Ibu, tapi.. ” dia terdiam dan kelihatan wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi aku dan dia sama sekali belum berkenalan.

    “Oh.. Pantas aja dong, e.. e.. namamu siapa?” aku bertanya tiba tiba agar dia tidak merasa jengah karena aku tahu dia tidak mau meneruskan cerita tentang masa lalunya di Bandung sana.

    “Dini Om, Dini Saraswati.”

    “Wah.. Itu betul betul sebuah nama yang pas buat kamu,” aku mulai melepaskan tembakan pertama sambil tersenyum semanis mungkin, ha ha ha ha ha awas ada semut.

    “Ah.. Om bisa aja,” dia menjawab sambil tersipu. Woouu.. Hatiku meronta melihat rona pipinya yang tiba tiba memerah bak awan senja diufuk barat. Awan diufuk barat merah apa kuning ya! sebodoh amatlah..

    “Tolong ambilkan uang di box dibawah tape itu Din, buat bayar tol.”

    Dia menundukkan badan untuk menjangkau uang ke dalam box, aku melirik ke kiri, tiba tiba pemandangan indah terbentang di sela sela kerah bajunya. BH ukuran 34b sedang terisi dengan sempurna oleh gelembung payudara yang kelihatan tambah putih dibalik baju seragamnya.

    “Yang ini Om.. Oup,” tiba tiba dia menyadari aku sedang menatap kedua payudaranya yang kelihatan jelas dari balik kancing baju yang terbuka diurutan paling atas.

    “Maaf, Iya yang itu.. Yang lima ribuan,” aku menjawab sambil memalingkan muka dan lansung menginjak rem karena mobil di depan berhenti tiba tiba. Tangan kanannya yang tadinya akan menutup kerah baju tiba tiba menggapai sesuatu untuk pegangan agar dia tidak terantuk ke dashboard mobil yang kurem secara mendadak.

    Kali ini dia berteriak kecil
    “Maaf Om aku nggak sengaja,” tiba tiba dia menutup muka dengan kedua tangannya karena malu dan jengah, soalnya sewaktu mencari tempat berpegangan tadi, tangannya masuk kesela sela pahaku dan dia memegang sesuatu yang sedang bergerak tumbuh menjadi keras nun dibalik CD ku.

    Aku merasakan hentakan yang luar biasa keluar dari pangkal pahaku menjalar ke batang penis dan terus bergerak bagai kilat ke arah kepalanya, gerakan itu begitu dahsyat dan tiba tiba akibat terpegang oleh tangan halus si Dini. Ruisleting celana ku seperti didorong sesuatu sehingga menonjol runcing kedepan dan hapir mentok di stir mobil.

    “Alah mak. Jan..” kepalaku atas bawah berdenyut kencang, tetapi klakson mobil dibelakang mengejutkan aku agar segera memberi jalan.

    “Oi! pacaran jangan di tol, no pergi ke..” sisopir mengumpat sambil menyebutkan sebuah nama pantai yang terkenal sebagai surganya mobil goyang.

    Itu adalah awal perkenalanku dengan Dini, gadis Bandung kelas 3 SMU di Mampang Prapatan. Semenjak itu hampir tiap pagi Dini dengan setia menunggu di depan wartel untuk berangkat bareng dengan mobilku.

    Kami mulai bercerita tentang keadaan masing masing, rupanya dia pindah ke Jakarta ikut pamannya karena orang tuanya bercerai dan Ibunya tidak sanggup membiayai sekolahnya.

    Di Jakarta dia hidup sangat prihatin, maklum tinggal dengan orang lain walaupun dia paman sendiri tetapi tentu saja sipaman akan lebih memperhatikan kepentingan anak serta istDinya terlebih dahulu sebelum buat si Dini.

    Hampir tiap hari dia hanya dibekali uang yang hanya cukup buat ongkos angkot sedangkan buat jajan dan lain lain adalah suatu kemewahan kalau memang lagi ada.

    Hari demi hari berlalu dengan cepat dan aku dengan Dini kian dekat saja, kalau dia disekolah ada kegiatan ekstrakulikuler maka pulangnya dia akan mampir ketempat kerjaku, maklum kantorku berada diatas sebuah plaza yang cukup besar.

    Tugasku sebagai salah satu manager dengan gampang bisa kutinggalkan 1 atau 2 jam, toh ada sekretaris yang ngurusin. Aku juga tidak menegerti kenapa Dini jadi begitu dekat denganku, kami jalan bersama, nonton makan dan adakalanya dia minta dibeliin sesuatu, seperti baju ataupun parfum. Tetapi itu tidak terlalu seDing yang paling dia harapkan dari aku adalah perhatian karena pernah satu hari dia terus terang bicara.

    “Om maaf ya kalau 2 minggu kemaren Dini nggak nemui Om dan juga sama sekali nggak ngasih kabar.”

    Dia berhenti sejenak sambil menatap aku, saat itu kami sedang berjalan dipantai Ancol, dia memegang erat lenganku sambil menyandarkan kepalanya. Tanpa dia sadari tangan kiriku sudah berulangkali menyentuh ujung payudaranya apalagi ketika dia semakin erat merangkul. Payudara itu begitu kenyal dan kelelakianku tiba tiba mulai terusik.

    “Memangnya ada apa,” aku menjawab sambil mengajak dia duduk disebuah bangku tembok dibawah pohon kelapa.

“Tadinya Dini sudah mau berhenti sekolah, habisnya uang sekolah sudah 2 bulan tidak dibayar dan buat beli buku juga nggak punya.” Dia merenung sambil memandang jauh ketengah laut yang ditaburi kerlap kerlip lampu nelayan dan sesekali kelihatan lampu pesawat yang hendak turun di Sukarno Hatta.

“O.. Itu masalahnya, lantas kenapa kamu nggak ngomong aja sama Om”

“Nggak enak Om, ntar dikirain saya matre lagi..” dia menjawab sambil tersenyum.

“Dini.. Gini aja deh, kamu kan sudah tahu kalau Om mau Bantu kamu, tapi kalau kamu nggak bilang, Ya terang aja Om nggak tahu! iya toh.”

“Makasih Om.. Terus terang memang Dini mau minta tolong Om untuk yang satu ini. Om nggak usah mikirin mau Bantu yang lain deh, tapi aku akan berterimakasih sekali kalau Om bisa menyelamatkan sekolahku.. Itu aja.”

Dia tertunduk, wajahnya begitu sendu dan sorot matanya hampa tanpa gairah. Aku begitu terenyuh melihat seorang Dini yang hari harinya seharusnya dihiasi oleh tawa ceria dan penuh optimisme ternyata harus menanggung beban demikian berat.

“Oup.. ” Dini berteriak kecil karena kaget ketika kupingnya kutiup untuk memutus siklus lamunannya.

“Om nakal ya..” dia menepuk bahuku dengan mesra dan akhirnya malah memeluk aku.

Bau harum tubuhnya memenuhi rongga hidungku dan membangkitkan keinginan untuk balas memeluknya. Kuraih bahu kiDinya kurebahkan dia diatas kedua pahaku, dia sedikit kaget, ingin menolak tetapi itu terjadi demikian cepatnya. Akhirnya Dini meraih tangan kiriku dan entah sengaja atu tidak tanganku didekap erat didadanya. Oooh.. Lembutnya daging itu, payudara muda yang masih segar dan ranum telah mengalirkan sensasi elektrik ribuan volt ke sekujur tubuhku.

Aku yakin Dini merasakan sesuatu yang bergerak menyentuh punggungnya, karena posisi tidurnya persis tepat di atas batang penisku. Aku tahu itu karea Dini berusaha mengangkat pungungnya untuk kembali duduk dan wajahnya kelihatan memerah karena malu. Tapi dengan lembut gerakan duduknya kutahan dengan menekan dadanya.

“Din.. Sudah tidur aja.. Nih Om kipasin biar nggak gerah.”

Aku hanya sekedar bicara karena jujur aja otakku sudah ditaburi bayangan lain yang lebih seru. Tapi kuyakinkan diriku.

“Ini si Dini yang sama sekali belum berpengalaman, sedikit saja kamu salah langkah akan bubar semuanya. Sabar.. Sabar, gunung nggak usah dikejar emang dia nggak pernah lari kok.”

Dia kembali tidur dipangkuanku dan sekarang dia malah membiarkan tanganku menekan kedua payudaranya. Kulihat nafasnya mulai tidak beraturan ketika pelan pelan tanganku bersentuhan dengan pucuk payudaranya. Ini adalah pengalaman pertama buat payudaranya disentuh tubuh laki laki. Walaupun itu hanya dari balik baju dan BH, tetapi buat Dini yang baru pertama merasakan, sudah membuat dia sulit bernafas karena mulai terangsang.

“Din kita pulang yok, sudah jam 8 nanti pamanmu bingung dan lapor polisi.” Kataku sambil bercanda.

“Nanti aja Om.. Bentar lagi, Dini masih ingin disini 2 jam lagi,” dia makin erat memelukku.

“Oupt.. Besok besok kita bisa jalan ke sini lagi, tapi kalau kamu dimarahin karena terlambat pulang, ya.. Kita akan kesulitan untuk jalan jalan lagi..”

Aku berkata sambil mebangunkan Dini dari pangkuanku.

“Ok deh Om..” dan secepat kilat dia mengecup pipiku. Aku hanya bisa terdiam kaget, karena nggak nyangka.

“Lho kok bengong Om.. Katanya mau pulang, ayo.” Dini menarik tanganku.

“Ayo,” kami berjalan berdekapan.

Dua tahun sudah berlalu, hari itu hari Jumat dan Dini memberitahuku agar aku menemuinya di tempat biasa kami ketemu, di sebuah café dibawah kantorku jam 4 sore. Aku sampai disitu persis jam 4, tapi aku nggak lihat batang hidungnya si Dini, tiba tiba ada bisikan lembut di belakang kupingku.

“Surprise!!”

Aku sempat nggak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang wanita cantik dengan celana jean dan kaos ketat berdiri di depanku. Pahanya yang panjang dan mulus terlihat jelas dibawah balutan celana jean. Disela pahanya tergambar jelas belahan kewanitaan yang belum pernah tersentuh laki laki. Kaos ketat mempertegas beberadaan dua gunung kembar didadanya, sedangkan bagian bawah kaos yang sedikit pendek memperlihatkan kulit putih, bersih dan dihiasi sebuah tahi lalat kecil tepat di bawah pusar. Oh.. Sungguh pemandangan yang indah dan langka.

“Jangan ngliatin gitu dong Om! emangnya nggak pernah lihat cewek pakai jean”

“Sorry, Din.. Kamu luar biasa, membuat Om jadi linglung.”

“Ah jangan ngerayu ah..”

“Nggak kok, hei kenapa tiba tiba kamu tampil beda begini,” aku bertanya sambil menggamit tangannya untuk mencari tempat duduk.

“Ehem.. Ada yang lupa rupanya, hari Ini aku bukan anak SMU lagi, aku sudah lulus, lulus, lulus dan merdeka dari segala pasungan dan aturan sekolah.. Katanya sambil berlagak kayak Rendra baca puisi.

“Eh ingat kita lagi di café.. Tuh lihat tuh orang orang pada mandangin kamu.”

“Sorry lah, habisnya hanya dengan Om aku bisa berbagi rasa jadi jangan salahkan daku kalau nggak bisa nahan diri.”

“Om ku yang baik, hari ini aku ngucapin terimakasih yang sebesar besarnya, karena kalau bukan Om yang Bantu sudah pasti sekolahku berantakan.”

Dia berdiri dari kursinya dan dengan cepat memberikan ciuman Dingan dipipiku.

“Din, nggak enak dilihatin tuh” aku berlagak alim lah dikit.

“Justru karena banyak yang lihatin Dini brani nyium Om, kalau ditempat yang sepi.. Wah bisa bahaya dong..!” Dia mencubit hidungku dengan gemas.

Aku bisa menduga isi fikiran orang orang disekitar kami, “Lha ini bapak sama anak atau Om sama.. Pacar mudanya ya!”

Mereka nggak salah, Dini adalah seorang gadis cantik yang sedang tumbuh, sedangkan aku adalah laki laki ‘Tua sih belum tapi muda sudah lewat’ ibarat mangga sudah mengkal kata orang Betawi, sudah nggak enak dirujak.
Tapi waktu, tempat dan kesempatan mempertemukan kami sehingga membuat kehidupan saling mengisi dan malah sudah saling membutuhkan. Aku butuh semangat dan gairah muda yang berkobar dari Dini sedangkan dia butuh tempat berlindung yang kokoh dan teduh dari aku.. Klop deeh.

“Hei jangan nglamun,” Dini mencubit pahaku ketika pelayan sudah berdiri tepat di depanku tapi aku tidak menghiraukannya.

“Oh oh.. Iya Mbak.. Es jeruk buat aku dan kelapa kopyor itu buat dia,” aku memberitahu Mbak pelayan sambil menunjuk Dini.

“Om.. Kalau kali ini Dini minta sesuatu boleh nggak!”

“Kenapa tidak.. Kalau Om sanggup pasti Om kabulkan”

“Sebetulnya Dini mau memberikan satu hadiah spesial buat Om tapi sebelumnya Dini minta sesuatu dulu.. Gimana Om.”"

“Ok nggak masalah”,. Jawab ku sambil mempersilahkan dia minum.

“Dini tahu kok, Om nggak pernah mau ngerayain HUT Om, tapi kali ini Dini minta untuk dirayakan sebagai hadiah juga buat Dini, kita rayain ya!” Kulihat wajahnya sangat berharap.

Betul sekali, aku Mamang paling ntidak suka dengan yang namanya pesta HUT gitu, jadi wajar saja kalau aku lupa hari itu aku sebetulnya ulang tahun.

“Well.. Kita mau ngerayain seperti apa, dimana degan siapa aja Din”"

“Maksud Dini kita rayain berdua aja, gimana kalau kita cari tempat yang jauh dari keramaian agar lebih leluasa, kayak dipantai gitu!” belum sempat kujawab Dini sudah ngrocos lagi.

“Jangan khawatir, Dini tadi sudah pamit mau nginap di rumah teman sama paman.”

Dia seperti bisa membaca jalan fikiranku.

“OK apa kita mau ke Ancol!”

“Jangan Om disana terlalu ramai, Dini ingin ke Merak disana kita bisa lihat ferry keluar masuk dermaga sepanjang malam”

Setelah telpon ke rumah memberitahukan bahwa aku ada rapat dinas, maka kami langsung tancap gas ke Merak. Disitu ada sebuah hotel pantai yang memang sudah tidak terlalu bagus lagi karena termakan usia, tetapi sangat strategis, tempatnya di pinggir jalan raya dan menghadap langsung ke selat Sunda dan Pelabuhan ferry.

Setelah mandi, Dini tidak lagi paklai jean ketat, tetapi rupanya dia sudah siap dengan baju tidur putih setengah transparan sehingga lekuk tubuh dan tonjolan dadanya begitu jelas.

“Din.. Om masih penasaran kamu mau ngasih hadiah spesial apa sih sama Om,” aku bertanya sambil telentang ditempat tidur.

“Nanti aja deh.. Om pasti bakal tahu juga,” Dini merebahkan diri disamping kananku.

Tiba tiba kami saling menghadap sehingga wajah kami hampir bersentuhan. Aroma nafasnya menerpa hidungku dan bau mulutnya yang wangi membuat gelora hasratku terpancing.

Kulingkarkan tangan kiriku ke tubuhnya, dia diam dan malah memejamkan matanya. Pelan tapi pasti bibirku menyentuh bibir Dini dengan lembut. Dini seperti tersentak tiba tiba. Tubuhnya sedikit mengigil dan nafasnya jadi memburu.

Kuhentikan gerakan bibirku persis diantara kedua bibir Dini, ujung lidahku kudorong keluar sedikit demi sedikit dan bibir Ranum itu mulai kujilati dengan penuh perasaan. Aku sengaja mengontrol gerakan dan keinginan ku sedemikian rupa agar Dini dapat merasakan suatu sensasi kelembutan yang membuai dan akan membuat dia terhanyut dalam kenikmatan.

“Din.. Boleh nggak Om teruskan,” aku berbisik sambil mengecup kupingnya.

Tubuhnya bergetar dan posisi tidurnya tidak lagi menghadap aku tetapi bergerak telentang dalam dekapanku.

“Nggak pa pa Om terus aja,” Dini menjawab disela deburan jantungnya yang menggila.

Aku segera mengecup kulit putih tepat dibelakang telinganya, Dini mengerang, “Om.. Geli.. Bulu roma Dini jadi berdiri semua.”

“Nggak apa apa Din,” aku menjawab sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di lehernya yang jenjang.

Leher mulus itu kujilat dengan lembut dan pelan, terus turun.. Turun.. Dan Ouh.. Baju tidur Dini tiba tiba terbuka di bagian dadanya, buah dada itu begitu ranum, kulitnya putih dan halus, disekitar putingnya berwarna coklat kemerahan, ditumbuhi bintik bintik putih halus melingkar memagari puting susunya yang kehitaman dan sudah berdiri tegak.

Sungguh satu pemandangan yang sangat indah melihat payudara muda dan baru pertama mengalami rangsangan sexual. Bentuknya masih bulat dan padat membuat aku tak sanggup lagi menahan diri.

Putting muda itu kuhisap dengan lembut dan tubuh Dini kembali bergetar.

“Oouuhh Om.. Dini nggak tahan Om. ”

“Nggak tahan apanya Din”

“Nggak tahu Om.. Nggak tahan aja”

Aku lupa kalau Dini belum pernah mengalami rangsangan seperti ini.

“Nggak pa pa Din jangan ditahan.. Kalau Dini ngerasa sesuatu ikutin aja,” aku berkata sambil memutarkan jempol dan telunjukku ke puting susunya.

“Om.. Terus Om..”

“Iya Din. Tapi bajunya buka dulu ya.”

“Terserah Om.. Aja”

Semua pakaian Dini kulucuti begitu juga aku, kami sekarang telanjang lonjong eh.. Bulat. Tubuh putih polos Dini sekarang terhidang pasrah dihadapanku. Sementara penisku sudah mulai teler mengeluarkan cairan putih bening pertanda siap tempur. Dini kembali kudekap dengan pelan, penisku kutempatkan persis ditengah belahan vagina Dini.

“Ouuh Om.. Dini jadi basah Om.. ”

“Iya sayang.. Om Juga”

Kugerakkan pinggulku turun naik penuh irama, pelan pelan penisku menyentuh clitoris Dini.

“A.. aduh Om..”

Cengkraman tanga Dini seperti mau merobek kulit punggungku. Dia mulai terangsang dengan hebatnya, matanya sayu dan redup, bibirnya merekah setengah terbuka dan basah oleh hasrat kewanitaan yang minta dipuasi. Sementara aku mulai merasakan cairan panas mengaliri batang penisku, itu adalah cairan vagina Dini yang keluar bagaikan mata air pegunungan sukabumi, kental dan licin.

Kedua tanganku mulai membelai payudara Dini denga gerakan melingkar dari bawah ke atas dan berakhir diputingnya yang tegak berdiri. Aku menyadari ini belumlah saat yang tepat untuk melakukan penetrasi, Dini harus diberi kenikmatan puncak senggama dengan cara lain, setelah nikmat klimaks itu dia cicipi buat pertama kali didalam hidupnya, barulah penetrasi akan akan kulakukan.

Pelan pelan kedua kaki Dini kudorong kepinggir, sekarang vagina Dini terbentang jelas dihadapan penisku. Bulunya sedikit kepirangan (nggak pernah disampoin kali) tepat diatas clitorisnya bulu tersebut membentuk lingkaran kecil seakan disiapkan buat tempat pendaratan lidahku.

Aku sudah mau menjilat clitoris itu sambil menunduk tapi tiba tiba.

“Om jangan dijilat ya.. Dini pasti nggak tahan, kata teman teman kalau vagina Dini dijilat, Dini pasti lansung klimaks.. Oouuh padahal Dini masih kepingin lebih lama ngerasain seperti ini.”

Kuurungkan niat untuk menjilat vagina Dini yang sudah terbuka lebar tersebut. Kulit di seputar vagina itu putih dan bersih, sementara ketika bibir vaginanya kusibak dengan jariku, kelihatan warna merah membayang dipinggir bibir dan lubang vagina yang sekarang telah dipenuhi cairan putih bening nan wangi.

Kakinya kuangkat lebih tinggi dan sedikit mengangkan sehingga bibir vagina Dini betul betul terbuka menantang penisku.

“Din.. Kita peting aja dulu ya.. ”

“Peting itu apa Om.. ”

“Nih. Begini nih”

Batang penisku kuletakkan persis ditengan tengah bibir vagina Dini dan dengan gerakkan turun naik yang berirama, penisku mulai menggosok bibir vagina dan clitoris Dini.

Aku merasakan tangan Dini mulai menekan pinggulku agar batang penisku lebih erat menepel di vaginanya. Gerakkanku semakin cepat dan pingul Dinipun mulai turun naik seirama tarian dangdut penisku. Lendir vagina Dini semakin banyak membuat penisku dengan leluasa bergerek didekapan vaginanya.

Akibat licin dan hangat, serta sensasi clitoris yang tersentuh oleh ujung penisku, aku mulai merasakan gerakan sperma menyeruak ingin menyemprot, kukendalikan diri agar airbah sperma ku jangan tumpah duluan sebelum Dini dapat kupuaskan. Gerakan Dini semakin lama semakin liar, dia mulat menggigit bahu dan tetekku, jemaDinya mencengkram kencan pantat belakangku.

“Oomm, Dini ngerasa melayang.. Dan oouuh ada yang mendesak dari bawah vaginaku.. Oh apa ini kok rasanya seperti ini.. Oomm Dini nggak tahan.. Om tolong gosokkan penisnya yang kencang.. Oouhh dia datang ouhh..”

Sebelum Dini terkulai lemas karena klimaks pertamanya, akupun merasakan gerakan sperma yang tiba tiba kuat menekan dari sela sela kedua torpedoku, terus meniti batang, terus kebagian kepala dan sekarang tepat diujung penis

“OOh.. Din.. Omm lepass sayang..”

Spermaku muncrat menyirami pusar Dini yang putih bersih, sperma itu begitu kental seperti ingus yang sudah mingguan nginap dihidung., diam dan sama sekali tidak meleleh ke bawah, sekalipun dia dipinggir perut Diniku yang telah tertidur pulas.

Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun tiba tiba aku menyentuh payudara Dini. Akibatnya ruar biaa.. Sa. Dini langsung terangsang dan mencium bibirku penuh semangat. Tak ada pilihan lain biarkan perut menunggu sebentar, toh yang bibawah perut juga kelaparan. Ciuman Dini kusambut dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat, dan itulah yang saat ini sedang aku lakukan.

Vagina Dini kusibak dengan jariku, ujung lidahku menerobos dengan lembut menuju clitorisnya. Clitoris itu kuhisap bagaikan menghisap puncak es cream, lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah. Dengan gerakan tiba tiba Dini mebalikkan tubuhku sehingga dia sekarang mengangkangi kepala ku, vaginanya persis diatas mulutku dan bibirnya siap mematuk penisku.

Bibir Dini yang lembut dan basah kurasakan menyentuh lubang kecil diujung penisku

“Ouuhh Din, jilat terus sayang.. Jangan kena gigi ya..”

“Iyyaa Om, tapi Om jangan diam dong..”

Aku lupa dengan tugasku karena keasyikan dihisap Dini. Lidahku kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos ke dalam vagina karena posisi ku tepat dibawahnya. Dini menggelinjang hebat. Pahanya makin menjepit mukaku, tapi hisapan dan kulumannya dipenisku juga semakin kencang. Kupikir inilah saatnya keperawanan Dini harus kunikmati. Dengan klimaks yang sudah dia rasakan ditambah dengan rangsangan yang saat ini dia alami, maka penetrasi pertama ku ke dalam vaginanya kukira tidak akan membuat dia kesakitan.

Posisi kurubah, sekarang Dini telentang tepat dibawahku, kulihat bibirnya masih berlepotan ciran bening penisku, dia mejilat sudut bibirnya dan cairan itupun besih menghilang. Kakinya terentang membuat posisi vaginanya jelas terbuka, pelan pelan kutempatkan ujung penisku dilubang vagina Dini tetapi aku masih diam. Aku ingin dia merasakan sensasi dan getaran hangat dari ujung penisku.

“Oom ayo dong,” Dini menyodorkan payudara kirinya untuk kuhisap.

“Mm..” aku langsung menghisapnya, tubuh Dini kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari. Ujung runcing penisku pelan pelan telah membuka jalan masuk ke vaginanya.

“Om.. Perih..” Dini mendekapku ketika batang penisku telah hampir separuh jalan menuju singasananya.

Dinding vagina Dini yang masih perawan terasa menjepit dan menahan gerakan maju penisku, itu mungkin yang membuat dia merasa sedikit perih. Kutarik penisku dengan pelan, ujungnya kuarahkan ke clitorisnya. Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung penisku beradu dengan clitorisnya.

“Om aku nggak tahan..”

Melihat Dini mulai terangsang hebat, sasaran penisku kembali kuarahkan ke jalan yang benar, yaitu lubang kenikmatan. Kali ini ujung penis menerobos dengan lancar.

“Oh ouhh masuk semua ya Om..! rasanya sesak sekali.”

“Masih perih sayang,” kataku berbisik dikupingnya.

“Nggak papa Om terus aja”

“Nih.. Om tusuk ya.”

“Iya Oom.., yang dalam Om.”

“Iya.. Om sudah masuk semua nih, Dini.. Oh Din.. Terimaksih ya.. Sungguh nikmat sekali saya.. Ng..”

“Iya Om ini hadiah istimewa dari Dini.”

“Oh Om.. Dini nggak tahan. Terus Om. Yang kencang Om.. Ohh iya Om terus.. Kayak itu.. Aja Ouhh!”

Dengan iDingan erangan panjang, Dini mencapai klimaks untuk kedua kali dalam hidupnya.

“Om.. Maaf ya. Dini nggak tahan.., padahal Om belum lepas kan..”

“Nggak apa sayang.. Tidak satu jalan ke Jakarta, lewat Priuk bisa, lewat bekasi juga bisa.”

Dini mengerti apa yang kumaksud, penisku segera dibelainya dengan lembut, makin ke ujung, makin ke ujung terus. Terus.. Dan terus, aku nggak tahu apa apa lagi, yang aku rasa hanya panasnya lidah dan bibir Dini diseputar kepala penisku.

“Din.. Sayang terus.. Hisap.. Sambil dijilat dikit.. Oh. Ya dengan ujung idah sayang.. Oh.”

Pandanganku gelap, dunia terasa mengambang, tubuhku seperti mengapung, ketika semprotan demi semprotan cairan kenikmatan muncrat dari ujung penis dan membasahi bibir dan hidung Diniku.

Tiga tahun sudah berlalu, sekarang aku kehilangan Dini dia hilang ditelan banjir bandang Bahorok. Dia bekerja sebagai guide lepas pada satu perusahan pengelola pariwisata. Selama dia di SMU dulu, dia kukursuskan bahasa Inggris di salah satu tempat kursus ternama di dekat kantorku. Dengan modal bahasa dan wajahnya yang ayu serta sifatnya yang supel akhirnya dia diterima di perusahaan itu.

Masih kusimpan kaos oblong warna hitam dengan gambar lidah menjulur dan tulisan Bali di bawahnya, di dalam lemari pakaianku. Itu adalah hadiah dari Dini sewaktu dia menerima gaji pertamanya.

“Dini aku menyayangimu, aku merindukanmu.. Tetapi kau takkan pernah kembali lagi. Maaf kan aku sayang. Melalui surat ini aku inginkan Dini.. Dini lain menggantikan posisimu disampingku. Aku akan berikan semua apa yang pernah kau terima, dan akan kujaga dia sama seperti aku menjagamu.”

T A M A T